Mohon tunggu...
Rajab Syahda
Rajab Syahda Mohon Tunggu... profesional -

Novelist * yang membedakan anda dengan IBLIS adalah KEYAKINAN * yang paling berharga pada anda adalah KESETIAAN * yang membuat anda bahagia adalah orang paling dekat * keyakinan tidak bisa dihukum dan diadili * pada akhirnya tidak ada yang penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

DPR = Dewan Perwakilan Partai?

2 Oktober 2014   16:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:40 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

DPR = dewan perwakilan partai ?

Apa yang bisa diharapkan dari dpr sekarang ? Jika hatinya rakyat dicuekin atau dpr sekarang lebih mengikuti ketua partainya. Karena kalah di pilpres lalu, terutama golkar dan gerindra, maka "membabi buta" menguasai dewan legislatif ini. Lihat cara mereka memilih pimpinan dpr baru, seperti disarang penyamun, tidak ada lagi "santun" dan saling mendengarkan aspirasi, jadinya "voting" adalah alat demokrasi.

Voting bukanlah "musyawarah", voting adalah "gambar" bahwa anggauta dewan tidak dapat musyawarah. Dialog dan urun rembuk "mampet" maka voting. Mirip "boxing" juga adalah komunikasi yang mampet dan buntu. Jadi cara komunikasi voting atau nanti "berkelahi" adalah cara komunikasi tingkat rendah. Lihat anak2 yang rebutan mainan, karena tidak ada kesepakatan dan maunya sendiri maka berkelahi. Voting adalah cara komunikasi dpr sekarang ini. Dan voting sangat tidak "pancasilais" yang menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat. "Gerombolan Merah Putih" mungkin itu yang pas untuk menyebut kmp, bacotnya selalu mengacu pada sukarno dan pancasila, tapi kelakuannya beneran anak TK.

Rakyat kedepan akan melihat banyak "tragedi" legislatif. Saya bisa memprediksi akan banyak hal korupsi-perkelahian-atau tumpah darah di gedung monyet itu. Rakyat yang merebut tirani suharto bersama mahasiswa bisa muncul kembali. Gaya "mau menang sendiri", tirani "mayoritas" yang sangat menindas pendapat "minoritas" akan berbuah malapetaka di hari esok. Apakah demokrasi di dpr sudah mati, dan lama2 bau busuknya akan tercium juga pada rakyat. Rakyat bangsa ini sangat "pintar" hanya saja sangat sabar. Tapi jika keterlaluan, reaksinya sangat mengerikan. Apakah tidak belajar pada tahun 65 - 98 lalu ?

Mana sumpah anggauta dewan yang akan mengedepankan kepentingan rakyat ? Jangan kemauan prabowo dan ical dikedepankan dan menjadikan dewan "alat" pemuas napsu serakah dan pemaksaan kehendak. Dan anggauta partai seperti robot yang hilang hatinya.

Dpr menjadi dewan perwakilan "partai", rakyat ditinggalkan dan akibatnya nanti rakyat juga yang menanggungnya. Senjata demokrasinya adalah "voting", akan banyak kebijakan kedepan didapat dengan cara voting.

"Kerakyatan yang dipimpin -debat keegoisan- dalam voting gerombolan" sangat tidak pancasila ? ... Siap2 akan banyak "korupsi" dan "nepotisme" di dpr kali ini. Apakah memang takdirnya, mata ditutup hati jadi beku, kesadaran hilang demi "uang" dan "jabatan". Terhormatkah ?

"Memalukan...!"

RB.
2/10/2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun