Mohon tunggu...
Rajab Syahda
Rajab Syahda Mohon Tunggu... profesional -

Novelist * yang membedakan anda dengan IBLIS adalah KEYAKINAN * yang paling berharga pada anda adalah KESETIAAN * yang membuat anda bahagia adalah orang paling dekat * keyakinan tidak bisa dihukum dan diadili * pada akhirnya tidak ada yang penting

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana NATSUME SOSEKI menjadi PENULIS ?

31 Maret 2014   20:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bagaimana NATSUME SOSEKI menjadi PENULIS ? - Nama aslinya adalah Natsume Kinnosuke. *sumber Wikipedia. - Soseki menjadi penulis melalui tempaan kehidupan dan rasa sakit. Kegagalan dan penyakit atau frustrasi membawanya pada kedalaman penulisan. Sejarah hidupnya adalah sebuah novel juga. - Kisah hidupnya dimulai ketika ibunya merasa malu karena masih hamil dan melahirkan Kinnosuke di usia lanjut. Keluarganya sedang mengalami masa-masa sulit akibat keadaan yang kacau setelah runtuhnya Keshogunan Tokugawa. - Sewaktu masih bayi, Kinnosuke diberikan kepada pemilik toko barang bekas untuk dijadikan anak angkat. Kisah lain mengatakan orang tua angkatnya adalah tukang sayur. Hingga tengah malam, bayi Kinnosuke tidur di toko, di samping barang dagangan. Iba melihat nasib adiknya, kakak perempuannya membawa Kinnosuke pulang ke rumah. Setelah berusia setahun, Kinnosuke diberikan kepada teman ayahnya, Masanosuke Shiohara untuk dijadikan anak angkat. Ayah angkatnya yang baru ternyata memiliki wanita simpanan hingga keluarga angkatnya menjadi berantakan. - Ketika berusia 7 tahun, Kinnosuke dilarikan pulang ke rumah orang tua kandungnya oleh ibu angkatnya. Di sana, ayah dan ibu kandungnya sempat dikira kakek dan neneknya. Sewaktu berusia 9 tahun, Kinnosuke dikembalikan ke rumah orang tuanya setelah orang tua angkatnya bercerai. Akibat buruknya hubungan antara ayah kandung dan ayah angkatnya, status Kinnosuke secara resmi baru dikembalikan sebagai anak dari ayah kandungnya pada tahun 1888. - Keinginan mendalami sastra klasik Tionghoa menjadi alasan lain dirinya berhenti sekolah. Walaupun sudah berhenti sekolah, Kinnosuke yang takut dimarahi kakak tertua, tetap berpura-pura berangkat sekolah sambil tidak lupa membawa bekal makan siang. - Selanjutnya pada tahun 1881, Kinnosuke mengikuti sekolah privat sastra klasik Tionghoa yang bernama Nishogakusha. Di sana didapatnya etika Konfusianisme dan apresiasi seni Asia Timur yang dimunculkan dalam karyanya di kemudian hari. Setelah belajar beberapa bulan, Kinnosuke kembali berhenti sekolah karena kakak tertuanya, Daisuke menentang keinginan adiknya belajar sastra. Setelah jatuh sakit, Daisuke berhenti dari kuliahnya di Universitas Nankō, dan bekerja sebagai penerjemah di kantor kepolisian. Setelah sadar adiknya lebih pintar darinya, Daisuke berubah pikiran dan mendukung adiknya untuk melanjutkan ke universitas hingga tamat. - Pada tahun 1889, Kinnosuke bertemu dengan Masaoka Shiki, teman satu sekolah yang memberinya pengaruh besar dalam bidang kesusastraan. Di kalangan teman-teman sekolahnya, Shiki mengedarkan kumpulan tulisan tangan puisi Tionghoa dan haiku yang diberinya judul Nanakusa-shū. Di bagian belakang kumpulan puisi tersebut, Kinnosuke menuliskan ulasan dalam bentuk komposisi Tionghoa klasik (kanbun). Pada waktu itu, nama pena "Sōseki" digunakannya untuk pertama kali. Ulasan tersebut merupakan awal persahabatan antara dirinya dan Shiki. - Pada bulan September 1889, Sōseki melakukan perjalanan ke Semenanjung Bōsō di Bōshū. Catatan perjalanan dituangkannya dalam komposisi Tionghoa klasik berjudul Bokusetsuroku, dan Shiki dimintanya untuk memberikan ulasan. Persahabatan di antara keduanya terus berlanjut hingga Shiki wafat pada tahun 1902. - Pada tahun 1890, Sōseki diterima di jurusan sastra Inggris Universitas Kekaisaran (Teikoku Daigaku) yang baru saja didirikan. Universitas tersebut nantinya menjadi Universitas Kekaisaran Tokyo (Tokyo Teikoku Daigaku). Sejak itu pula, Sōseki menganut paham pesimisme sekaligus mengidap gangguan kejiwaan yang waktu itu populer dengan sebutan lemah syaraf (neurastenia). - Kematian berturut turut orang yang dekat dengannya diduga menjadi salah satu penyebab. Kakak tertuanya, Daisuke meninggal dunia bulan Maret 1887, disusul tiga bulan kemudian oleh Einosuke kakak nomor dua. Istri dari kakak nomor tiga yang bernama Toyo juga meninggal pada tahun 1891. Sōseki memang sering dikatakan menaruh hati pada Toyo, dan kematian Toyo membuat hatinya terluka. Perasaan terhadap Toyo ditumpahkannya menjadi puluhan haiku. [caption id="" align="alignleft" width="259" caption="google"][/caption] - Setelah lulus dari Universitas Kekaisaran Tokyo pada tahun 1893, Sōseki menjadi guru bahasa Inggris di Sekolah Tinggi Guru Tokyo. Pada waktu itu, Sōseki mulai berpendapat orang Jepang tidak cocok belajar sastra Inggris. Kesedihan ditinggal mati Toyo ditambah penyakit tuberkulosa pada tahun 1894 menjadikan lemah syaraf dan gangguan obsesif kompulsif yang dideritanya terlihat semakin parah. Pengobatan dengan meditase Zen di kuil Engaku-ji, Kamakura tidak juga membuahkan hasil. - Pada tahun 1900, Kementerian Pendidikan Jepang (Monbushō) memberinya beasiswa untuk belajar ke Inggris. Di London, Sōseki mendalami karya Charles Dickens dan George Meredith. Selain belajar teori kesusastraan, bimbingan pribadi diterimanya dari peneliti Shakespeare, Profesor W.J. Craig. Namun, Sōseki lagi-lagi merasakan dirinya tidak cocok belajar sastra Inggris, dan lemah syaraf yang dideritanya semakin parah. Hati Soseki terluka akibat sering mengalami diskriminasi ras karena dirinya orang Asia Timur. Studi yang berjalan tidak semulus perkiraan juga membuatnya jengkel, dan harus berkali-kali pindah tempat kos. - Di Sekolah Lanjutan Atas 1, Sōseki memiliki murid bernama Misao Fujimura. Setelah dimarahinya karena malas belajar, Fujimura bunuh diri di Air terjun Kegon. Peristiwa tersebut membuat lemah syaraf yang dideritanya kambuh dan Sōseki harus tinggal terpisah dari istri sekitar 2 bulan. Setelah pulih (1904), Sōseki bekerja sebagai staf pengajar Universitas Meiji. - Akhir tahun 1904, Kyoshi Takahama menganjurkannya agar menulis untuk meringankan gangguan lemah syaraf. Hasilnya berupa karya pertama Sōseki, Wagahai wa Neko de aru (I Am a Cat). - Dua karya selanjutnya, London Tō (London Tower) dan Botchan berhasil menempatkan Sōseki sebagai penulis terkenal. Karya Sōseki bagaikan melupakan dunia orang kebanyakan, dan memandang hidup dengan lebih santai. Berbeda dengan aliran naturalisme yang waktu itu merupakan aliran utama, Sōseki termasuk sastrawan Yoyū-ha (aliran berkecukupan). - Atas undangan Ikebe Sanzan, Sōseki berhenti dari pekerjaan mengajar dan mulai bekerja untuk surat kabar Asahi Shimbun sejak tahun 1907. Awal kariernya sebagai penulis tetap ditandai dengan pemuatan Gubijinsō sebagai cerita bersambung di Asahi Shimbun, Juni 1907. Di tengah penulisan Gubijinsō, Sōseki terganggu oleh penyakit lemah syaraf dan sakit lambung. - Perjalanan ke Manchuria dan Korea dilakukannya pada tahun 1909 atas undangan mantan teman seasrama Yoshikoto Nakamura yang menjabat direktur utama Perusahaan Kereta Api Manchuria Selatan. Catatan perjalanannya dimuat bersambung di Asahi Shimbun dengan judul Mansen Tokoro Dokoro (Tempat-tempat di Manchuria dan Korea). - Pada bulan September 1914, tukak lambung menyebabkan dirinya terbaring sakit untuk keempat kalinya. Pengalaman antara hidup dan mati menjadikan karya berikutnya sering menampilkan manusia yang mengejar kepentingan diri sendiri. Tema tersebut menjadi benang merah trilogi Higan Sugi Made, Kōjin, dan Kokoro (Rahasia Hati). - Tahun 1916. Novel berjudul Meian (Light and Darkness) tidak sempat diselesaikannya, dan Sōseki berusia 49 tahun sewaktu meninggal. Pesan terakhirnya, "Nanti mati membuat masalah saja" ("Shinu to komaru kara"). - Keesokan harinya, otopsi dilakukan dokter pribadinya, Matarō Nagayo di Fakultas Kedokteran, Universitas Kekaisaran Tokyo. Otak dan lambungnya disumbangkan ke Universitas Kekaisaran Tokyo. Sampai hari ini otaknya masih disimpan di dalam toples, beratnya 1,425 kg. - Hidup Soseki adalah inspirasi penulis bahwa apapun kejadian kehidupan anda, disana ada lahan untuk anda tulis dan menjadikan anda sebagai penulis. Asalkan anda memang ingin berbagi penderitaan itu. RB. 31.3.2014 [caption id="" align="alignleft" width="187" caption="google"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun