[caption id="attachment_320941" align="alignleft" width="150" caption="Google"][/caption]
WANITA dan PEKERJAAN , bukan MARTABAT !
-
Saya kok merasakan bahwa setiap hari KARTINI, yang selalu dibahas adalah WANITA yang "modern" dan EMANSIPASI wanita pada pekerjaan. Kacaunya MARTABAT bagi wanita itu adalah PEKERJAAN-nya, posisinya. Apalagi jika pekerjaannya adalah pekerjaan yang dibiasakan sebagai pekerjaan laki2. Pilot, mekanik,supir bus sampai buruh-kuli bangunan. Apa wanita mau dijadikan laki2 ? Jarang di hari KARTINI ada yang membahas tentang KESETIAAN wanita (istri) pada suaminya. Harusnya kesetiaan ini menjadi tolak ukur martabat wanita. Kesetiaan sebagai Ibu dan istri.
-
Di hari Kartini jangan hanya pakai "kebaya"-doang-tapi perangi misalnya poligami, perangi laki2 hidung belang, dengarkan penderitaan PSK, benci para istri yang selingkuh (juga suami2 yang sama), juga wanita2 yang suka mengumbar aurat sampai artis2 yang suka pamer tubuh dan kemewahan. Itu yang harus diangkat tiap hari Kartini. Maka pelajari dengan teliti perjuangan Kartini itu. Bukan hanya pakai kebaya lalu nyanyi2 saja. Pengangguran di dalam negeri yang diakibatkan dari kurangnya tempat bekerja lalu terpaksa wanita2 bekerja sebagai TKW ke luar negeri dengan segala masalahnya. Itu juga yang seharusnya menjadi brand hari Kartini.
-
Wanita dan martabatnya. Wanita sebagai ibu ! bukan wanita sebagai pekerja. Wanita di negara ini memang luar biasa. Sebagai istri sekaligus juga sebagai pekerja. Salut saya pada para istri yang demikian. Hebat !
-
Tapi jika pekerjaannya adalah pekerjaan kasar ? Yang seharusnya bukan kodratnya, apalagi dengan upah yang rendah ? Pekerjaan apa saja itu ? Khusus di Bali
saya sering melihat kuli bangunan atau jalanan adalah wanita. Selain wanita Bali, wanita2 itu juga datang dari Lombok. Tiap pagi menunggu di tepi jalan raya Ngurah Rai atau jalan Ida Bagus Mantra. Menunggu order, jika ada pekerjaan, mereka diangkut dengan truk (mirip sapi) ke tempat pekerjaannya. Hal ini terjadi setiap hari, dari dulu sampai sekarang. Tiap hari Kartini tidak ada yang memperhatikan mereka ? Saya pernah tanya wanita2 dari Lombok itu. Apa alasan menjadi buruh wanita dan di Bali pula ? Sebabnya iklim yang tidak kompromi dan tidak bisa bertani atau berkebun, tidak ada pekerjaan di Lombok, sedang anak2 harus sekolah. Bapaknya ? Juga nganggur !