Tumis Kulit Melinjo atau bisa disebut juga sebagai tumis kulit tangkil adalah makanan khas daerah Banten.Â
Melinjo sendiri adalah buah yang menjadi bahan baku pembuatan emping, salah satu keripik yang banyak menjadi pendamping makanan, salah satunya soto betawi. Untuk membuat emping, hanya biji dari buah melinjo saja yang digunakan untuk di geprek nantinya.Â
Nah, sisa kulit buah melinjo inilah yang pada akhirnya digunakan sebagai bahan masakan oleh masyarakat Banten agar kulit melinjo ini tidak menjadi limbah yang mengganggu dan dibuang percuma.
Meski memiliki darah keturunan Banten, namun saya lahir di daerah Bekasi, sehingga secara kultur sebenarnya tidak terlalu terikat dengan Banten.Â
Apalagi ibu saya sendiri berasal dari Sumatera Barat, sehingga dominasi masakan dirumah adalah masakan balado dan gulai khas daerahnya, dimana ayah saya sendiri juga tampak lebih menyukai masakan daerah ibu saya tersebut.Â
Namun, tumis kulit melinjo menjadi salah satu menu pengecualian. Menu ini sering dimasak khusus oleh ibu untuk ayah, baik atas dasar inisiatif atau karena memang di request oleh ayah saya.Â
Bisa dibilang, satu-satunya orang yang menyukai makanan tersebut di keluarga kami hanya ayah saya. Masakan tersebut sudah menjadi makanan favoritnya sejak kecil dahulu.Â
Saat sedang berbincang santai di beranda rumah, saya pernah iseng bertanya, "kenapa ayah begitu suka sama tumis kulit melinjo?". Ternyata ada faktor historis yang menarik untuk diceritakan.
Sesuai dengan asal-usul dan sejarah dari masakan ini, faktor utama ayah menyukai makanan ini karena nenek memang seorang pembuat atau pengrajin emping. Sehingga nenek saat itu memang memiliki banyak pohon melinjo sebagai kebutuhan untuk produksi empingnya.Â
Namun, nenek saya bukanlah pembuat emping skala besar, melainkan hanya seorang pembuat emping tradisional. Selain karena faktor banyaknya limbah kulit melinjo di rumahnya, faktor ekonomi juga membuat ayah saya sungguh menyukai masakan ini.Â