Mohon tunggu...
Raisyah Antony Pasha
Raisyah Antony Pasha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka Membaca Buku dan Bertukar Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rasisme Kolonial terhadap Pribumi Dilihat dari Novel

7 Desember 2024   10:47 Diperbarui: 7 Desember 2024   11:48 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel "Student Hidjo" karya Marco Kartodikromo merupakan salah satu karya sastra awal Indonesia yang mencerminkan dinamika sosial-politik era kolonial. Novel ini tidak hanya menggambarkan kehidupan seorang pemuda pribumi yang menempuh pendidikan di Belanda, tetapi juga menyisipkan kritik terhadap ketimpangan hubungan kolonial yang sarat dengan diskriminasi rasial.

Dalam konteks poskolonialisme, karya ini menawarkan ruang untuk mengeksplorasi bagaimana wacana kolonial membentuk dan memperkuat stereotip tentang pribumi, "Student Hidjo" juga merupakan sastra liat atau bacaan liar pada zamanya atau lebih gampangnya sastra yang tak bisa masuk kedalam jajaran percetakan Balai Pustaka.

Edward Said, melalui teorinya tentang orientalisme, memberikan kerangka untuk memahami bagaimana kolonialisme tidak hanya menguasai secara fisik, tetapi juga melalui dominasi kultural dan wacana. Dalam "Student Hidjo", praktik rasisme kolonial Belanda tercermin dalam perlakuan merendahkan terhadap pribumi yang dianggap inferior, baik dalam bidang intelektual, budaya, maupun moral.

Narasi kolonial memposisikan masyarakat pribumi sebagai "yang lain" (the Other), sebuah konstruksi yang mempertahankan hierarki kekuasaan antara penjajah dan yang dijajah.

Jujur ketika membaca novel "Student Hidjo" ini untuk pertama kali saya merasa tak ada bedanya dengan sastra Balai Pustaka melihat bagaimana formula ada seorang yang ingin mencoba merubah nasibnya melalui sekolah dan Ingin menjadi seorang pegawai pemerintahan,namun ketika saya membaca ulang dan saya coba kaitkan dengan poskolonialisme, jujur saya takjub dengan bagaimana Mas Marco mencoba mengkritik kolonial lewat sastra dengan sangat lembut, ia menunjukan bagaimana seorang Pribumi dipandang oleh Kolonial.

Apakah Tuan bodoh?" tanya Anna untuk humor.

"Ya, saya bodoh," jawab Hidjo sambil seperempat tertawa seperti biasanya.

"Ya, memang, meski Tuan kandidat insinyur, tetapi Tuan orang bodoh," kata Anna untuk

mengguncangkan hati Hidjo, "Orang Jawa bodoh, cis!"(hal 33) 

Contoh saja kita akan melihat bagaimana Kolonial mencoba mengkonstruksikan seorang pribumi yang butuh pencerahan sehingga ia harus pergi jauh jauh ke Belanda hanya untuk bersekolah dan mengubah nasib namun ketika ia sudah mendapatkan pendidikan yang baik

ia masih tetap kalah dengan Kolonial, konstruksi kata yang dibangun sungguh mulus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun