Lailatul Qadar merupakan malam yang istimewa di bulan Ramadhan karena pada malam itu Al-Qur’an diturunkan pertama kalinya untuk menjadi pedoman bagi kehidupan manusia di dunia. Dalam Al-Qur’an surat Al-Qadr ayat 1-3, Allah Subhanahu wa Ta’ala bersabda:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari 1000 bulan.”
Kehadiran malam Lailatul Qadar ini menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk mengharapkan keberkahan Allah yang lebih besar dibandingkan malam-malam lainnya. Malam ini sudah semestinya seorang muslim manfaatkan untuk memohon ampunan kepada Allah atas perbuatan yang di lakukan di masa lampau. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa beribadah pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR. Bukhari)
Akan tetapi, bagi wanita yang haid di sepuluh hari terakhir Ramadhan, dimana pada sepuluh hari terakhir Ramadhan tersebut terdapat malam Lailatul Qadar, terkadang membuat mereka takut tak bisa mendapatkan kemuliaan malam tersebut. Padahal, wanita yang sedang haid sekali pun tetap bisa mendapatkan keberkahan malam yang mulia ini.
Haid bukanlah halangan seorang wanita untuk mengharapkan keberkahan dan ampunan dari Allah di malam Lailatul Qadar. Berikut beberapa cara wanita haid mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qadar:
- Bersedih
Sedih secara spontanitas dan natural yang lahir dari iman dan spirit ibadah karena tidak bisa puasa, solat wajib, tarawih, dan ibadah wajib lainnya karena sedang berhalangan adalah cara mendapatkan pahala dari Allah. Pada zaman Rasulullah, ada sahabat yang ingin ikut perang Tabuk tapi mereka memiliki halangan syar'i, yaitu sakit dan dan tidak memiliki uang sehingga tidak dapat beramal bersama Nabi SAW. Lalu mereka merasa sedih, kesedihan mereka tercantum paada surat At-Taubah ayat 92 yang artinya:
”Dan tidak ada (pula dosa) atas orang-orang yang datang kepadamu (Muhammad), agar engkau memberi kendaraan kepada mereka, lalu engkau berkata, “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu,” lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena sedih, disebabkan mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan (untuk ikut berperang).”
Kesedihan mereka ini akan berpahala di setiap langkah Rasulullah dan para sahabat selama perjalanan ke Tabuk dan pulang dari Tabuk, dan mereka mendapatkan pahala karena ada kendala syar’i. Sama halnya dengan haid yang merupakan kendala syar’i, mereka tetap mendapatkan bagian pahala karena dilarang beribadah seperti orang yang suci.
- Niatkan ibadah secara total
Kita harus menguatkan niat kita untuk tetap beribadah secara total walaupun kita sedang berhalangan. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa meminta kepada Allah dengan jujur agar diwafatkan dalam keadaan syahid, maka Allah akan menjadikannya berkedudukan seperti orang-orang yang mati syahid walaupun dia mati di atas kasurnya.” (HR. Muslim, no. 1909/4930).
Jika kita benar-benar niat ibadah secara maksimal dan sangat mengharapkan Lailatul Qadar dari niat hati terdalam, jujur kepada Allah atas niat kita, maka kita akan mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar. Berdasarkan riwayat Al-Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Niat seorang mukmin lebih utama dari pada amalnya.”
Oleh sebab itu, niat kita untuk beribadah secara maksimal di sepuluh hari terakhir Ramadhan untuk mengharapkan Lailatul Qadar, Insyaa Allah dihitung oleh Allah sebagai amalan yang berbuah pahala.
- Menjauhi larangan Allah
Pada surat Az-Zariyat ayat 56, Allah bersabda:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah bukan hanya menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan Allah juga merupakan bentuk ibadah kita kepada-Nya. Ketika wanita haid, mereka dilarang untuk melakukan ibadah wajib. Oleh karena itu, mereka diwajibkan menjauhi larangan tersebut sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Maka dia akan mendapat pahala ibadah dalam rangka menjauhi apa yang dilarang oleh Allah SWT.
- Membaca Al-Qur’an
Mungkin beberapa dari kita ada yang memiliki target khatam al-Qur’an di bulan Ramadhan, dan terkadang haid menjadi penghalang untuk tidak membaca ayat suci Al-Qur’an. Akan tetapi, ada beberapa pendapat ulama yang memperbolehkan wanita haid membaca Al-Qur’an dengan syarat tidak menyentuh mushaf. Yaitu membaca Al-Qur’an dengan menggunakan pembatas berupa kain atau sarung tangan, dan bisa juga menggunakan Al-Qur'an di handphone. Sabda Rasulullah dalam hadis riwayat Ahmad mengatakan:
”Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam, dituliskan baginya pahala sholat sepanjang malam.”
Untuk menambah pahala di malam Lailatul Qadar, terdapat hadis yang menganjurkan kita untuk membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah. Dari Abu Mas’ud Al-Badri, Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808).
- Perbanyak doa dan dzikir
Doa dan dzikir bisa kita bacakan sebagai pengganti ibadah-ibadah wajib yang tidak boleh dilaksanakan ketika haid. Bukan berarti kita bermalas-malasan karena tidak melakukan ibadah wajib, kita tetap harus beribadah dengan cara terus berdoa dan memohon kepada Allah. salah satu doa yang diajarkan Rasulullah saat bertemu malam Lailatul Qadar adalah
"Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni"
Artinya: Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku.
Kita juga bisa mengisi waktu luang kita dengan berdzikir kepada Allah dengan memuliakan nama-namanya seperti menyebut takbir, tasbih, tahlil, dan tahmid.
- Sabar menghadapi sakit saat haid
Sebagai seorang wanita, haid terkadang menjadi suatu cobaan yang berat. Karena tak jarang rasa sakit yang luar biasa muncul ketika haid dan saat itulah kesabaran kita diuji. Dalam Al-Qur’an, surat Az-Zumar ayat 10 dinyataakn keuntungan bagi mereka yang sabar, yaitu:
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.”
Amalan sabar ini seringkali diremehkan, padahal dari sabar itulah kita akan mendapatkan pahala tanpa batas dari Allah SWT.
- Ridha kepada takdir Allah
Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang ridha, maka ia yang akan meraih ridha Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031).
Haid ditetapkan oleh Allah kepada seorang wanita bukan tanpa alasan. Allah sudah menciptakan kita begitu rumit dengan berbagai keistimewaan. Maka dari itu, kita harus ridha dengan ketetapan yang Allah berikan kepada seorang wanita yaitu haid.
- Memberi makan orang yang berpuasa
Menjelang buka puasa, wanita haid bisa membantu orang yang berpuasa menyiapkan makanan untuk berbuka. Kita bisa membantu memasak, atau mencicipi masakan tersebut sehingga kita juga mendapatkan bagian pahala orang yang berpuasa tersebut. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang memberi makan orang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” (HR. Ahmad).
Itulah beberapa cara wanita haid untuk mendapatkan kemuliaan malam Lailatul Qadar. Dalam Al-Qur’an, surat Al-Isra’ ayat 84, Allah bersabda:
“Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.”
Allah tidak akan mempersulit keadaan hamba-Nya. Maka dari itu, dalam ayat tersebut Allah memudahkan hamba-Nya agar dapat beramal sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Kita tetap bisa beramal salih dalam kondisi apa pun sesuai kemampuan kita. Wallahu a'lam bish-shawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H