Mohon tunggu...
Rais Syakur
Rais Syakur Mohon Tunggu... -

Mahasiswa PGSD UMS 2013 #lembaga pers mahasiswa figur FKIP UMS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah dengan hati makkah dan otak jerman

24 Januari 2015   05:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:29 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tidak jarang kita temui elemen masyarakat selama iniselalu memandang pendidikan berbasis islam dengan acuh dan sebelah mata .mereka mengira bahwa pendidikan yang layak dan baik adalah dengan belajar di sekolah “favorit”, dengan harapan meraka akan dapat berprestasi, sehingga nantinya memiliki masa depan yang cemerlang. Tidak peduli apakah sekolah tersebut mengajarkan norma dan nilai Islam ataukah tidak. Bahkan lebih parahnya lagi, mereka tidak mau peduli meskipun sekolah tersebut dikelola oleh pendidikan sekuler atau non Islam. Malah mereka berpandangan bahwa jika ingin mendapatkan kualitas pendidikan yang berkelas, maka harus masuk sekolah di lembaga-lembaga pendidikan non Islam. karena lembaga-lembaga tersebut mengelola dan menyelenggarakan pendidikan secara “profesional”, sementara sekolah-sekolah yang berbasis pondok pesantren “dikelola dengan apa adanya dan jauh dari profesionalisme.” Itulah anggapan mereka secara umum .bahkan lebih ironisnya lagi ,pada zaman sekarang ini banyak orang tua yang bila melihat anaknya bandel, hukumannya adalah dimasukkan kepondok pesantren. Ini merupakan pandangan yang salah kaprah tentunya. Justru pondok pesantrenlah merupakan pusat anak yang berprestasi gemilang, serta tempat untuk mendapatkan ilmu dari peradaban.apalagi sekarang banyak pesantren yang berkualitas mengajarkan 2 bahasa asing (arab dan inggris) dalam pembelajaran dan percakapan sehari-hari, tentu semua itu akan menghasilakan lulusan terbaik, dengan hati Makkah dan otak Jerman. Tidak hanya itu saja,pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan umat islam yang telah terbukti melahirkan cendekiawan, ilmuwan, ulama dan bahkan para pemimpin yang berkualitas serta berintelektual. Semua itu membuktikan bahwa pondok pesantren bukanlah lembaga pendidikan kelas dua. Justru malah Sebaliknya, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan kelas satu yang sudah terbukti baik dan dapat menjawab terhadap tantangan zaman..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun