Mina adalah seorang gadis yang lahir di keluarga kurang mampu, ia memiliki 2 adik yang masih kecil. Selama 17 tahun hidupnya, Mina selalu besyukur karena mempunyai keluarga yang selalu mendukungnya. Hingga suatu hari, Ayah Mina menderita sakit keras dan Ibu Mina pergi dari rumah meninggalkan suami dan 3 anaknya.Â
Hal tersebut membuat Mina harus menjadi tulang punggung keluarga di umurnya yang masih belia. Mina harus bekerja paruh waktu untuk membayar biaya rumah sakit ayahnya serta biaya sekolah adik -- adiknya.
Mina termenung dan menangis karena merasa lelah, ia tidak tau harus mencurahkan hatinya kepada siapa selain kepada Tuhan. Tiba -- tiba terlintas dibenak Mina nama Anggi. Anggi, dia adalah sepupu sekaligus sahabat baik Mina saat masih tinggal di Lampung.Â
Anggi orang yang selalu mendengarkan keluh kesah Mina, dan selalu ada saat masa terpuruknya. Bahkan saat Mina dirisak oleh teman sekolahnya, Anggi orang yang pertama membelanya. Sampai suatu saat terjadilah bencana alam di Lampung yaitu, Tsunami Selat Sunda yang disebabkan oleh letusan Anak Krakatau pada 2018 itu menewaskan sekitar 426 orang. Akibat dari bencana alam tersebut keluarga besar Mina sangat terpukul karena kehilangan 4 orang keluarganya,termasuk Anggi yang belum ditemukan jasadnya. Bagi Mina, tidak ada yang dapat menggantikan Anggi di hatinya.
"Kak!, jangan bengong nanti kesurupan loh," sentakan dari adiknya itu membuat Mina tersadar. "Eh, kamu ngapain ke sini?" tanya Mina. "Pasti kakak kangen Kak Anggi ya?" sahut adiknya mengalihkan pembicaraan. "Mmm iyaa, kalau Anggi masih hidup pasti kakak tidak akan merasa kesepian seperti ini kan?" "Kan ada aku kak," cemberut adiknya.Â
"Iyaa tapi kamu masih sangat kecil, gak akan mengerti kalau kakak curhat ke kamu," sahut Mina sambil mengusap kepala adiknya itu. "Hehe, yauda kalo kakak kangen Kak Anggi, kakak pergi ke lampung dulu aja" "Kakak ga punya cukup uang dan waktu untuk itu dek,"balas Mina sambil tersenyum sendu.Â
"Aku ke sini itu mau ngasih kabar ke kakak kalau Paman Agus meminta kita untuk kembali ke Lampung, Paman Agus akan membiayai kita sekolah dan mengurus Ayah," sahut adiknya dengan senyum lebar. "Paman Agus baik banget ya dek, ayo kita siap -- siap!" sahut Mina dengan penuh semangat.
Sesampainya di Lampung, Mina dan keluarganya disambut dengan hangat oleh Keluarga Besar Mina. Mina dan adiknya tinggal di Rumah Paman Agus, sedangkan Ayahnya dipindahkan ke rumah sakit terdekat di sana dengan bantuan Paman Agus yang baru saja naik jabatan di rumah sakit tempatnya bekerja.
Sudah sebulan Mina tinggal di Lampung yang merupakan kampung halamannya.Â
Mina sudah terbiasa ke pasar pagi -- pagi untuk membeli bahan makanan, karena menurutnya akan merasa tidak enak apabila ia tidak membantu pekerjaan rumah di Rumah Paman Agus.Â
Saat sedang  memilih sayuran, tiba -- tiba seseorang memanggilnya, suara yang sangat tidak asing di telinganya, suara yang sangat ia rindukan, ya suara Anggi. Mina menengok ke arah suara itu berasal dan detik itu pula air mata Mina mengalir deras sama seperti Anggi. Mereka dengan cepat saling berpelukan.
Anggi menceritakan bagaimana akhirnya ia diadopsi oleh seorang tim penyelamat bernama Ibu Rina, Ibu Rina teringat anaknya yang sudah menginggal, rupanya sangat mirip dengan Anggi sehingga beliau menanyakan apakah Anggi ingin diadopsi olehnya, sebelumnya Anggi sempat bingung tapi setelah mendengar bahwaÂ