Judul : The Hen Who Dreamed She Could Fly
Penulis: Sun-Mi HwangÂ
Penerbit: BACA
Tahun terbit : 2020
Jumlah hal : 209 halamanÂ
Nomor ISBN : 978-602-6486-52-3
The Hen Who Dreamed She Could Fly adalah buku yang berisi cerita tentang seseorang dalam perjuangan hidup dan memupuk semangat untuk bertekad. Buku ini berhasil meraih No.1 Internasional bestseller.
Kisah seorang ayam petelur yang jenuh hingga sakit-sakitan karena selalu terkurung di dalam kandang, Â ia selalu bermimpi dapat berjalan-jalan sambil diikuti anak-anak ayam di halaman. Hingga akhirnya datanglah kesempatan untuk keluar kandang namun ayam petelur itu harus menghadapi masalah-masalah untuk bertahan hidup.Â
Buku ini menceritakan perjuangan Daun yang ingin keluar dari kandang hidup bersama para keluarga halaman, akan tetapi Daun malah dibuang ke tempat pembuangan ayam karena tubuhnya yang lemah dan sakit-sakitan namun setelah itu Daun ditemui dan diselamatkan oleh Bebek pengelana, juga membantu daun untuk menemukan tempat tinggal baru untuk berlindung dari serangan musang yang lapar karena Daun tidak diterima di tempat keluarga halaman hingga akhirnya Daun dan Bebek pengelana menjadi teman.Â
Pada suatu hari daun menemukan sebutir telur putih di sarangnya, Daun menjaga telur tersebut hingga induknya kembali namun hingga larut pun tidak ada yang datang, karena Daun selalu bermimpi untuk mengerami telur, akhirnya Daun memutuskan untuk merawat telur putih tersebut dan menetaskannya. Ada beberapa tokoh dalam buku ini yaitu Daun, Bebek pengelana, Jambul hijau, Bebek putih susu dan para Keluarga halaman. Daun memiliki watak yang berani, rela berkorban, tulus mencintai tanpa membeda-bedakan dan juga sifat seperti seorang ibu yang penuh kasih sayang. Bebek pengelana memiliki sifat yang tak kenal takut, baik hati dan suka menolong, sementara jambul hijau memiliki watak yang pemberani dan pantang menyerah sama seperti Daun. Buku ini berlatar sebuah peternakan di halaman rumah yang dekat dengan bukit-bukit dan sebuah pohon Akasia. Suasana bukit-bukit dan pohon membantu menambah kesan dalam perjuangan daun untuk hidup tanpa majikan dan kandang. Gaya bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah kata-kata yang mudah dimengerti dan cukup banyak menggunakan dialog.
Saya suka suasana peternakan di halaman rumah dekat bukit bukit ditambah dengan pohon Akasia yang menarik perhatian saya karena punya hubungan dekat dengan Daun. Namun menurut saya ending dari buku ini kurang memuaskan karena Daun harus mengorbankan dirinya.