Mohon tunggu...
Rais Reskiawan
Rais Reskiawan Mohon Tunggu... Dokter - Mahasiswa

Pembelajar seumur hidup.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Berpuasa Dapat Meningkatkan Risiko Terinfeksi SARS-CoV-2?

21 Mei 2020   04:08 Diperbarui: 21 Mei 2020   04:09 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Berpuasa berarti menghentikan intake oral dimulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Berpuasa ditengah pandemi seperti saat ini membuat banyak orang bertanya-tanya, apakah berpuasa dapat meningkatkan resiko terinfeksi SARS-CoV-19?

Hingga saat ini, belum ada studi yang spesifik meneliti dampak berpuasa dalam konteks Covid-19.

Rilis yang dikeluarkan oleh Center of Evidenced-Based Medicine (CEBM) Universitas Oxford juga menegaskan belum ada bukti yang menunjukkan bahwa berpuasa memberikan efek buruk pada orang tanpa gejala (OTG) selama pandemik Covid-19 ini berlangsung.

Oleh karena itu, para peneliti dari CEBM tetap menganjurkan untuk menjalankan ibadah puasa selama tubuh dalam kondisi yang sehat.

Anjuran serupa juga dirilis oleh Akram Elgendy. Dalam tulisannya yang dimuat oleh British Medical Journal, peneliti dari Universitas Florida ini tetap menganjurkan setiap muslim yang sehat agar berpuasa penuh di bulan Ramadhan.

Penelitian yang dilakukan oleh Mindikoglu (2020) menunjukkan bahwa berpuasa selama 30 hari penuh dapat mengurangi resiko terkena diabetes, obesitas dan berbagai kelainanan metabolik lainnya. Ketiga penyakit tersebut adalah faktor resiko utama penyebab kematian akibat penyakit Covid-19.

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa berpuasa dapat membantu meningkatkan kualitas sistem imun dan mencegah proses inflamasi. Kedua hal tersebut adalah faktor kunci dalam melawan proses infeksi yang diakibatkan oleh virus ataupun bakteri.

Secara molekular, berpuasa akan memaksa tubuh mengubah proses metabalisme dari glucose-based menjadi ketone-based. Dalam kondisi normal, glukosa adalah sumber energi utama dan lemak adalah sumber energi cadangan.

Ketika berpuasa, lemak akan dikonversi menjadi asam lemak yang kemudian akan diubah menjadi keton oleh hati. Hal ini yang menyebabkan produksi keton orang berpuasa akan meningkat.

Keton selama ini diidentifikasi sebagai regulator berbagai protein untuk meningkatkan ketahanan sel  dan mencegah proses penuaan. Selain itu, keton juga dapat menstimulasi ekspresi brain-derived neurotrophic factor (BDNF), suatu neurotransmitter yang sangat penting untuk kesehatan otak (de Cabo, 2020).

Dalam konteks infeksi virus, studi yang dilakukan oleh Goldberg dkk (2019) menunjukkan jika tikus yang memiliki kadar keton tinggi mampu memproteksi sel-sel epitel di saluran pernafasan dari  virus influenza.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun