Di era modern saat ini, berat sepertinya membayangkan bermobilitas sehari-hari tanpa kepraktisan teknologi terkini. Berkat perkembangan teknologi tersebut, masyarakat yang dulunya memiliki pilihan terbatas untuk bepergian kemana-mana dapat berbahagia atas pilihan moda transportasi yang melimpah terutama di Ibukota, baik dari taksi daring, MRT, Transjakarta, dan lain sebagainya. Pilihan-pilihan tersebut dapat menjadi alternatif menarik dibandingkan dengan berpergian menggunakan transportasi pribadi seperti motor atau mobil.
Walaupun demikian, kendaraan-kendaraan pribadi tersebut juga tidak terlepas dari perkembangan teknologi. Pada tahun 2022 ini, tidak jarang bahwa anda akan melihat motor dan mobil dengan desain, kemewahan dan teknologi terbaru, bahkan tidak jarang juga anda melihat kendaraan-kendaraan tersebut menggunakan sumber energi terbarukan - listrik. Kendaraan-kendaraan modern yang dirancang untuk dipakai senyaman mungkin oleh penggunanya rasanya menjadi pilihan yang cocok untuk kalangan menengah keatas yang bermobilitas (atau bermacet-macet ria) di Jakarta.
Namun dengan iklim seperti ini, apa yang terjadi apabila anda masih menggunakan mobil  dari tahun 60-an, berbentuk kecil, memiliki tenaga "seadanya", dan tidak memiliki sistem pendingin (AC)? Apakah masih terdapat ruang untuk kendaraan kuno ini? Ada kemungkinan besar anda tidak pernah memikirkan pertanyaan tersebut, tetapi saya harap saya dapat menjawab rasa penasaran anda.
Mobil kuno hijau kelahiran tahun 1964 ini akan menjadi subjek saya untuk membantu menjawab pertanyaan tadi. Dikenal sebagai "mobil rakyat", Volkswagen Beetle adalah kendaraan penumpang yang dibuat oleh pabrikan Volkswagen dari Jerman yang memiliki asal muasal dari era sebelum Perang Dunia II. Singkat cerita, kendaraan ini lahir atas perintah pemimpin partai Nazi Jerman Adolf Hitler yang membutuhkan sebuah mobil yang murah, sederhana, dan ekonomis yang dapat diproduksi massal ke rakyat Jerman. Visi Hitler terwujud pada tahun 1938 dengan rancangan Volkswagen pertama yang didesain oleh Ferdinand Porsche, insinyur genius dibalik perusahaan mobil Porsche yang baru ia dirikan tahun 1931. Kata "Volkswagen" itu sendiri secara harfiah merupakan terjemahan bahasa Jerman dari "mobil rakyat", sebuah definisi yang masih terbukti nyata hingga saat ini - lebih dari 20 juta unit Volkswagen Beetle telah diproduksi dari tahun produksi massal pertama (1938) hingga tahun 2003.
Selain desainnya yang sudah berstatus ikonik, salah satu faktor unik dari sang Beetle adalah jenis dan penempatan mesinnya. Di saat pabrikan mobil lain merancang mobil mereka dengan menaruh mesin di depan, Ferdinand Porsche mendesain Volkswagen Beetle sebagai kendaraan yang memiliki mesin di belakang, dimana kompartmen depan dialihfungsikan menjadi bagasi dan tangki bensin. Jenis mesinnya pun relatif jarang dipakai pabrikan lain, yaitu sebuah mesin 4 silinder mendatar yang didinginkan oleh udara, bukan air. Faktor-faktor tersebut membantu mewujudkan sang Beetle menjadi sebuah mobil yang kecil, sederhana, dan dengan ruang interior yang luas.
Apabila deskripsi di atas membuat anda beranggapan bahwa mobil yang kerap disapa sebagai VW Kodok ini adalah mobil yang forward-thinking, anda tidak sepenuhnya salah. Secara konsep dan pemikiran, mobil ini memang "way ahead of its time", tetapi perlu diingat bahwa pernyataan tersebut ditujukan kepada mobil yang saat ini sudah berumur lebih dari setengah abad. Mobil ini masih belum memiliki fitur-fitur kenyamanan yang sudah merupakan standar di mobil modern, terutama power steering dan AC. Kedua faktor inilah yang sangat berpengaruh terhadap fungsionalitas mobil klasik ini di jalanan Ibukota masa kini.
Kecuali anda sudah terbiasa memasuki sauna (atau memang senang dengan penderitaan mobil klasik seperti saya), jangan harap anda akan merasa nyaman menghadapi macet berhenti di kawasan Sudirman sepulang kantor pada pekan kerja. Selain berkujur keringat, anda akan diajak merenungi hidup anda sendiri dengan melihat mobil-mobil modern yang lebih nyaman di sekeliling anda. Jangan berharap penderitaan anda selesai setelah jalanan kosong juga, karena dengan kecepatan tertinggi sebatas 80-100km/jam, anda akan menjadi sasaran empuk bagi mobil-mobil LCGC yang siap menyusul anda setiap saat. Pada akhirnya, anda hanya berharap anda dapat sampai rumah dengan selamat tanpa mesin yang bermasalah atau berurusan dengan motor-motor yang hampir menyerempet VW Kodok anda.
Dengan cerpen tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa mobil-mobil klasik seperti VW Kodok sudah tidak pantas untuk dipakai sehari-hari di Jakarta Raya. The End.