Pada Pemilu 2019, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mencatat adanya 486 kasus dugaan pelanggaran kampanye di media sosial, termasuk penyebaran berita hoax dan ujaran kebencian (Tirto.id, 2019).Â
Tidak bisa dipungkiri bahwa ancaman disinformasi pada pemilu tahun depan masih mengintai, terutama situasi setelah pandemi dimana semua orang menggunakan sosial media untuk mendapatkan informasi.Â
Banyaknya ujaran kebencian dan berita palsu yang bertebaran dimana-mana dapat menggiring opini publik dan menimbulkan ketidakstabilitasan politik negara.Â
Hal ini tentu saja mendorong kita sebagai untuk menjadi pemilih yang bijak dan tidak memilih hanya karena tergiring opini orang lain, bukan hanya para generasi pemilih muda saja yang harus menjadi pemilih yang bijak namun generasi-generasi lainnya pun harus menjadi pemilih yang bijak.Â
Pilihan kita pada pemilu 2024 ini sangat krusial dalam menentukan arah yang akan ditempuh Indonesia 5 tahun kedepan. Pemilih yang cerdas akan menentukan pemimpin yang berkualitas untuk memimpin Indonesia maju.Â
Rekam jejak
Cari tahu rekam jejak dari calon legislatif dan partai politik. Rekam jejak dari caleg sangat penting untuk diperhatikan. Tentu saja kita tidak ingin memilih caleg yang bermasalah dan tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik.Â
Dari rekam jejak kita juga dapat menentukan integritas dari partai politik, bagaimana mereka akan bersikap ketika ada caleg dari partai mereka yang terkena kasus.Â
Apakah kader dari partai tersebut memiliki kemampuan untuk memimpin, bertanggung jawab, dan berintegritas juga mementingkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Hal-hal tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk memilih kader dari sebuah partai.
Visi misi partaiÂ
Visi dan misi partai adalah adalah dasar dari partai politik. Berdasarkan survei dari Litbang KOMPAS(2023), sebanyak 60% dari responden mempelajari visi, misi, program, serta janji kampanye yang diberikan partai politik.Â