Saya bersekolah di swasta Katolik ketika menempuh bangku Sekolah Dasar. Saya lupa dalam rangka apa (mungkin Dies Natalis), namun ketika kelas 3 SD, sekolah saya mendatangkan seorang Frater. Sayapun lupa, siapa nama Frater itu. Pak Frater yang masih muda (dan ganteng) itu sedang menempuh pendidikan seminari, berdiri diatas panggung yang didirikan dilingkungan TK kami. Saya ingat sekali, dia berperawakan tinggi, kulit putih, dan jenaka, namun juga terlihat berwibawa dengan seragam khas seorang Frater yang berwarna putih bersih.
Saya dan teman-teman yang lain diminta memperhatikan Pak Frater yang sedang berkotbah. Saya berdiri didepan panggung, kalem dan mendengarkan cerita Pak Frater (yang anehnya, saya ingat setiap detailnya sampai sekarang).
Kira-kira begini cerita Pak Frater..
Ada seorang anak laki-laki yang bernama Roni (anggap saja begini) yang diberi kesempatan untuk melihat surga dan neraka. Ia dibawa dalam tidurnya oleh seorang malaikat Tuhan. Pada perjalanan pertama, malaikat membawa Roni ke surga. Sesampainya di surga, melihat apa-apa saja yang ada didalamnya. Ia menyaksikan banyak orang berbaju putih bersih, ditaman yang indah, muka yang adem ayem dan banyak kafling-kafling rumah siap pakai. Roni kagum melihat itu semua. Sang malaikat menjelaskan pada Roni, Â "Ron, ini namanya surga. Kalau kamu mau masuk surga, kamu harus jadi anak yang baik. Takut akan Tuhan, selau mendengar firman Tuhan dan taat akan perintahNya selama kamu hidup. Nanti ketika kamu mati, kamu akan langsung masuk surga." Roni mengangguk mengerti.
Perjalanan mereka kemudian berlanjut ke neraka. Tidak seperti gambaran yang ia terima di bumi lewat cerita-cerita rohani yang menempatkan neraka sebagai tempat yang penuh naas dan derita, Roni justru menyaksikan pemandangan lain. Di neraka itu, Roni melihat berbagai orang berkumpul disana, bercanda tertawa dengan penuh kebahagiaan. Di sudut ruangan ada anak kecil bermain dingdong (tau gak? :D), ditengah-tengah ruangan banyak orang berkumpul menikmati musik disko dengan dentuman suara dari speaker bass yang mantep dan lampu sorot berwarna-warni mewarnai ruangan gelap itu. Sebelas dua belas sama tempat clubbing. Raja neraka melambai padanya dengan senyum ramah dari depan kerumunan.
Roni tersentak dengan betapa bebas dan senangnya hidup di neraka. Malaikat kemudian melihat ke arah Roni dan berkata, "Ron, ini namanya neraka. Ini tempatnya orang-orang yang suka membangkang. Yang suka berbuat jahat, suka melawan orang tua, bandel dan terlebih nggak suka taat sama perintah Tuhan. Ngerti, Ron?"
"Ngerti, pak malaikat.." Jawab Roni sambil manggut-manggut.
"Okelah, Ron. Udah saatnya kamu balik ke bumi untuk melanjutkan hidup. Toh belum waktunya kamu mati. Sekarang tinggal kamu harus menjalani kehidupanmu sesuai pilihanmu akan mau masuk surga atau neraka setelah mati nanti" Malaikat kemudian menempatkan jiwa Roni kembali ke badannya. Pada keesokan harinya, Roni terbangun dengan visi baru diotaknya. Ia sudah menetapkan ingin kemana ia setelah mati nanti.
Roni menjalani kehidupannya dengan sembrono, mengecewakan orang tuanya, mengambil milik orang lain, tidak pernah ke gereja, dan terlebih kupingnya bisa berdarah kalau mendengarkan Firman Tuhan. Ia minum alkohol sampai mabuk, dan melakoni segala banyak "kegiatan" yang akan membimbingnya ke tujuan utama after lifenya, neraka.
Suatu saat Roni sekarat karena ketabrak mobil akibat memenuhi indikator kegaulan anak muda jamannya dengan kebut-kebutan di jalan raya. Didalam kesekaratannya, Roni makin bahagia. "Sebentar lagi saya akan ke neraka. YES! Saya bisa lebih bersenang-senang dari pada sekarang. Bersenang-senangnya nggak terbatas waktu, pula!"
Saat itu juga Roni menghembuskan nafas yang terakhir. Jiwa Roni terbang melayang langsung menuju neraka. Sesampainya di neraka, senyum sumringahnya berubah menjadi kengerian. Tidak ada lagi lantai dansa, permainan dingdong, degup speaker aktif yang bagus, lampu kerlap kerlip, ataupun orang-orang yang bersukacita di lantai dansa. Pemandangan itu berganti menjadi sebuah ruangan dengan panas api yang menyala-nyala, dimana ribuan jiwa terkungkung tidak berdaya karena dibakar oleh panas api abadi yang tidak kunjung melenyapkan jiwa mereka. Jiwa-jiwa itu berteriak-teriak minta tolong pada Roni untukmembawa mereka keluar dari neraka. Roni tidak mampu menahan perasaan ngeri, namun ia juga sadar kalau sebentar lagi akan menjadi salah satu dari mereka.