Mohon tunggu...
Raisa Zahira
Raisa Zahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | S1 AKUNTANSI | NIM 43223010052

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Mempimpin Diri Sendiri

28 November 2024   20:05 Diperbarui: 28 November 2024   20:05 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga, Rasa Getun (kecewa). Takut akan pengalaman yang sudah dialami. Orang yang selalu meratapi masa lalu tidak akan bahagia. "Coba kemarin saya begini, tidak akan seperti ini sekarang." "Coba kemarin saya begitu, sekarang tidak akan seperti ini" dan seterusnya. Menyesali masa lalu secara terus menerus (getun keduwung) tidak akan membuat kita bahagia.

Keempat, Sumelang (khawatir/was-was). Takut akan pengalaman yang akan dialami alias keadaan yang belum terjadi. Mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi pada masa yang akan datang juga menyebabkan kita berada dalam kesusahan bahkan sebelum sesuatu itu terjadi. Ini yang dimaksud magang cilaka. Peristiwanya belum terjadi tapi sudah merasa susah. Kalau keempat itu ada di diri kita, kita akan hidup seperti di nerakanya dunia, kata Ki Ageng. Ini rumus negatifnya.

Kempat inilah yang menyebabkan raos tatu (merasa terluka) dan ciloko peduwung (merasa celaka yang berkelanjutan).

Maka nikmati saja saat ini. Masa depan mungkin akan mengkhawatirkan, tapi akan ada senang dan susahnya. Menikmati masa sekarang bisa dilakukan dengan cara meminimalkan atau menolkan rasa "Sesal-Khawatir".

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo

Sesal-Khawatir

Menyesal ialah takut akan pengalaman yang telah dialami. Khawatir ialah takut akan pengalaman yang belum dialami. Menyesal dan khawatir ini yang menyebabkan orang bersedih hati, prihatin, hingga merasa celaka.

Perasaan menyesal itu seperti: "Andaikata dulu aku bertindak demikian, bahagialah sudah aku ini, tidaklah celaka begini." Bila orang mengerti bahwa manusia itu "abadi", dapatlah ia menasehati dirinya sebagai berikut: "Walaupun dulu bagaimana saja, pasti rasanya sebentar senang sebentar susah."

Bila kita sudah mencapai tahap menyadari atau memahami gagasan/pemikiran diri sendiri maka disebut Meruhi Gagasane Dhewe. Meruhi gagasane dhewe, maksudnya individu sudah berhasil memisahkan antara dirinya dan perasaannya. Apa yang dia rasakan, senang-susah hanyalah perasaan

Selain senang-susah yang berupa perasaan, manusia terlahir di dunia memiliki atribut-atribut yang seringkali sulit ditanggalkan, misalnya semat (kekayaan), derajat (kedudukan), dan kramat (kekuasaan), padahal atribut tersebut hanya semu. Orang dengan ketiga atribut tersebut, apabila belum bisa memahami khayalannya sendiri akan merasa waswas (sumelang) bahwa atribut yang dibanggakannya itu bisa sewaktu-waktu dicabut. Ketika seseorang sudah memisahkan aku (diri sendiri) dan aku (atribut-atribut duniawi), maka orang itu akan lebih merasa damai, percaya diri, dan lebih bahagia. Tingkatan ini dalam Kawruh Jiwa disebut "menungso tanpo tenger" atau manusia tanpa ciri. Maksudnya manusia tanpa ciri adalah mereka yang usai berhasil melepaskan semua belenggu topeng-topeng kehidupan kemudian pure menjadi manusia otentik.

Mawas Diri 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun