Bila keinginan-keinginan mencapai semat, drajat, kramat, salah satu atau dua di antaranya tercapai pasti keinginan itu akan mulur sampai mentok, kemudian akan mungkret lagi sampai mentok juga. Keinginan yang sifatnya mulur dan mungkret membuat orang sebentar bahagia dan sebentar susah.
Mulur -- Mungkret
Mulur-Mungkret adalah sebuah konsep dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram yang menggambarkan dinamika batin atau perasaan manusia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini menyebutkan dua keadaan emosional yang sering dialami oleh manusia: mulur (meluas) dan mungkret (menyempit).
Yang menyebabkan senang lalah tercapainya keinginan. Keinginan tercapal menimbulkan rasa senang, enak, lega, puas, tenang, gembira. Padahal keinginan ini bila tercapai pasti mulur, memanjang, dalam arti meningkat. Ini berarti bahwa hal yang dinginkan itu meningkat entah jumlahnya entah mutunya sehingga tidak dapat tercapai dan hal ini akan menimbulkan susah. Jadi senang itu tidak dapat berlangsung terus-menerus.
Demikian pula rasa susah pun tidak tetap. Karena susah itu disebabkan tidak tercapainya keinginan yang berwujud rasa tidak enak, menyesal, keewa, tersinggung, marah, malu, sakit, terganggu dan sebagainya. Padahal keinginan itu bila tidak tercapai pasti mungkret (menyusut), dalam arti bahwa apa yang dinginkan itu berkurang, baik dalam jumlah maupun mutunya, sehingga dapat tercapai, maka timbulah rasa senang. Jadi rasa susah itu tidak tetap.
Pentingnya Mengelola Mulur dan Mungkret dalam Kehidupan
Dalam ajaran Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram, mulur dan mungkret menggambarkan dua kutub perasaan manusia yang dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Jika seseorang terjebak dalam mulur (keinginan yang berlebihan), ia bisa merasakan kekosongan atau ketidakpuasan. Sebaliknya, jika seseorang terlalu sering dalam keadaan mungkret (rasa takut atau merasa tidak mampu), ia akan terhambat dalam perkembangan dan pencapaian tujuannya.
Prinsip dalam Kawruh Jiwa mengajarkan bagaimana seharusnya kita menyeimbangkan keduanya:
- Menghindari mulur yang berlebihan dengan mengenali batas kebutuhan (misalnya melalui prinsip sa-cukupe dan sa-perlune).
- Mengatasi mungkret dengan meningkatkan kesadaran diri (melalui Pangawikan Pribadi) dan penerimaan terhadap diri sendiri, serta hidup sesuai dengan kenyataan saat ini (saiki, ing kene, lan ngene).
Kesementaraan Senang-Susah
Keinginan (karep) kalau tercapai dirasa senang-bahagia, kemudian mulur. Kalau tidak tercapai, susah, kemudian mungkret. Jadi, keinginan apa pun boleh saja muncul, tidak ada yang mengkhawatirkan. Maka senang dan susah itu tidak tetap.