Mohon tunggu...
Raisa Zahira
Raisa Zahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | S1 AKUNTANSI | NIM 43223010052

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Mempimpin Diri Sendiri

28 November 2024   20:05 Diperbarui: 28 November 2024   20:05 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, rasionalitas pemikiran Ki Ageng tersebut berbeda dengan rasionalitas Barat yang secara umum bercorak egosentris. Rasionalitas yang dimaksud Ki Ageng adalah rasionalitas yang reflektif, di mana ia meliputi dimensi rasa, potensi reflektif dan intuitif dari rasio manusia, serta rasionalitas yang akomodatif, yang menempatkan rasa orang lain sebagai bagian tak terpisahkan dalam upaya mencapai kebenaran dan kebahagiaan. 

Jika dibenturkan dengan isme-isme rasional, model berpikir Suryomentaram masuk dalam katagori nalar rasional reflektif. Berbeda dengan rasional egoistik, tipe rasional reflektif tidak saja memberikan perhatian kepada logika semata, tetapi juga pada kemaslahatan sosial. Sebagai ilustrasinya, 2+3 jika dijawab melalui rasional egoistik, maka jawabannya pasti 5. Namun, saat dijawab melalui rasional reflektif, bisa saja jawabannya 11, bisa juga 8, dan sebagainya. Model nalar rasional reflektif ini sangat bergantung pada konteks yang melingkarinya.

Lebih jauh, dalam klasifikasinya, di sini terdapat tiga nalar yang bersifat hirarkis, yaitu rasional egoistik, reflektif, dan akomodatif. Pertama, itu bisa disebut sebagai model nalar yang masih ingusan. Andai itu naik tingkat, maka sampai pada nalar level II, yaitu reflektif. Saat nalar pertama masih kaku, acuh tak acuh dengan kebenaran lain, maka nalar kedua lebih bisa menerima kebenaran di luar dirinya. Kemudian keduanya mencapai puncaknya pada nalar rasional akomodatif. Pada tataran nalar tertinggi ini, orientasinya bukan lagi benar atau salah, tetapi pada sesuatu yang melebihi keduanya, yang melebihi kebenaran. 

Modul Prof. Apollo
Modul Prof. Apollo

Konsep Enam "SA" versi Ki Ageng Suryomentaram ini adalah panduan hidup sederhana tetapi mendalam, yang bertujuan untuk mengolah diri dan batin agar seseorang dapat hidup secara seimbang, bahagia, dan harmonis. Setiap elemen dalam Enam "SA" ini menekankan kesadaran, pengendalian diri, dan penerimaan terhadap keadaan dengan tetap menghormati prinsip-prinsip etis.

  • Sa-butuhne (sebutuhnya)

Memiliki arti memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan kebutuhan nyata, tanpa berlebihan atau kurang. Prinsip ini mengajarkan manusia untuk tidak terjebak dalam keinginan (nafsu) yang melebihi kebutuhan dasarnya.

Contoh: Jika makan hanya butuh untuk mengenyangkan perut, tidak perlu berlebihan untuk pamer atau sekadar memuaskan ego dan Membeli pakaian yang sesuai kebutuhan, tidak harus mengikuti tren yang mahal jika fungsinya sama.

  • Sa-perlune (seperlunya)

Memilik arti melakukan sesuatu sesuai dengan keperluannya, tanpa melakukan hal-hal yang tidak penting atau tidak mendesak. Mengajarkan efisiensi dalam tindakan dan keputusan, serta fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.

Contoh: Dalam bekerja, seseorang cukup fokus pada tugas utamanya tanpa membuang waktu untuk hal yang tidak produktif dan Membeli barang hanya jika benar-benar diperlukan, seperti membeli buku karena ingin belajar, bukan karena diskon semata.

  • Sa-cukupe (secukupnya)

Memiliki arti merasa cukup dengan apa yang dimiliki tanpa memaksakan diri untuk mendapatkan lebih, baik dalam hal materi, waktu, maupun kesempatan. Mengajarkan rasa syukur dan penerimaan terhadap rezeki yang sudah ada, tanpa terus-menerus merasa kurang.

Contoh: Merasa cukup dengan penghasilan yang ada, tanpa harus memaksakan diri untuk mengambil jalan pintas, seperti korupsi atau utang berlebihan dan Menggunakan waktu istirahat secukupnya, tidak berlebihan sehingga mengabaikan tugas, tetapi juga tidak terlalu sedikit sehingga mengorbankan kesehatan.

  • Sa-benere (sebenarnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun