Mawas Diri menurut ajaran Ki Ageng Suryomentaram adalah kemampuan untuk memahami dan mengenali keadaan diri sendiri, baik dari segi pikiran, perasaan, maupun tindakan. Dalam ajarannya, Ki Ageng menekankan pentingnya kesadaran penuh terhadap diri sendiri, tanpa terjebak pada penilaian atau penghakiman, sebagai cara untuk mencapai kedamaian batin dan kebijaksanaan dalam hidup.
Mawas diri berarti mengenali apa yang sedang dirasakan atau dipikirkan, tanpa menyalahkan diri sendiri atau mencari pembenaran. Ini mencakup kesadaran terhadap rasa senang, susah, iri (meri), sombong (pambegan), kecewa (getun), atau khawatir (sumelang), dan menyadari bahwa semua perasaan tersebut bersifat sementara.
Mawas diri membantu seseorang mengenali keinginan terhadap semat (kekayaan), drajat (kedudukan), dan kramat (kekuasaan) yang sering menjadi penyebab ketidakseimbangan batin, apakah dorongan tersebut memang kebutuhan sejati atau hanya keinginan berlebihan. Mawas diri juga melibatkan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan seperti apakah tindakan itu membawa kebaikan atau justru menimbulkan masalah dan apakah tindakan itu sejalan dengan nilai-nilai kebenaran atau hanya didorong oleh hawa nafsu.
Proses dari mawas diri merupakan proses menuju kebahagiaan yang dicapai Ketika seseorang berhasil menjadi manusia tanpa ciri karena manusia tersebut terbebas dari karep (keinginan) yang meliputi:
- Nyowong karep
Nyowong karep atau yang memiliki arti menyadari keinginan atau "memberi wajah" kepada keinginan kita sendiri. Proses ini melibatkan pengenalan dan pemahaman terhadap apa yang sebenarnya diinginkan oleh diri kita.
Nyowong karep di sini adalah bagaimana kita penting untuk selalu berusaha memahami diri sendiri, menguasainya, dan kemudian mengontrolnya. Karena yang bisa mengontrol manusia adalah keinginannya. Dengan lain ucapan, sebagai alternatif langkah saja, kita perlu memahami diri kita terlebih dahulu, menguasainya, baru bisa menginjak level mengontrol.
Nyowong karep memiliki tujuan untuk mengetahui apa yang menjadi akar dari rasa puas atau rasa kurang. Dengan nyowong karep, seseorang tidak menolak keinginan, tetapi memahaminya dengan jernih.
- Memandu karep
Memandu karep atau yang memiliki arti (Mengendalikan Keinginan). Setelah menyadari keinginan, langkah selanjutnya adalah memandu karep, yaitu mengarahkan keinginan agar tidak membawa kita pada penderitaan atau konflik.
Ini berarti kita harus mampu mengelola keinginan sesuai dengan kebutuhan nyata dan tidak berlebihan, seperti yang diajarkan dalam prinsip Enam "SA". Keinginan tidak dihilangkan sepenuhnya, tetapi diarahkan agar selaras dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.
Memandi karep memiliki tujuan untuk menyeimbangkan antara keinginan dan realitas, sehingga hidup tetap harmonis dan tidak terganggu oleh hasrat yang tidak terkendali.
- Membebaskan karep
Membebaskan karep atau yang memiliki arti (Melepaskan Keterikatan pada Keinginan). Membebaskan karep adalah tahap tertinggi, yaitu melepaskan keterikatan pada keinginan atau hasil dari keinginan itu sendiri.