Mohon tunggu...
Raisa Atmadja
Raisa Atmadja Mohon Tunggu... -

Wanita karir, suka politik, pengagum Soekarno, pengagum SBY, pengagum Nehru... plus pengagum Raisa-lah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti Aksi Para King Maker Jelang Pilpres

22 April 2014   15:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:21 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jelang pemilu presiden, suasana politik menjadi lebih panas. Setiap parpol kasak kusuk ke sana ke mari mencari-cari kawan. Ada parpol yang sampai harus pecah belah, gara-gara perbedaan dalam mencari kawan. Parpol lainnya ribut di dalam dan tak kelihatan, karena perbedaan-perbedaan tersebut. Ada juga parpol yang jagoannya tidak dipercaya oleh kadernya sendiri, hehe.

Mereka lupa bahwa KING MAKER punya naluri dan insting kelas atas, dalam menentukan calon presidennya. Para KING MAKER ini sudah teruji pada masanya, menghasilkan pemimpin yang kemudian sukses menjadi presiden. KING MAKER pertama tentu saja adalah Soekarno. Dia menjadikan dirinya sendiri sebagai KING, hehe. Lalu Soeharto, yang sangat piawai dalam membangun tim. Dialah KING-nya. Pada masa reformasi, lahir KING MAKER sesungguhnya yaitu Amien Rais. Dialah yang mengusung Abdurrahman Wahid sukses menjadi presiden, melalui kekuatan yang disebut poros tengah. Pada pemilu 2004, muncul KING MAKER baru pada diri Susilo Bambang Yudhoyono yang sukses menjadikan dirinya sebagai KING. Bukan hanya sekali, namun dua kali berturut-turut.

2014 ini, sejumlah tokoh berupaya menjadi KING MAKER. Yang pertama adalah Megawati, yang menjagokan Jokowi sebagai presiden 2014. Jika sukses, maka Megawati akan menyusul para pendahulunya sebagai KING MAKER. Yang kedua adalah Prabowo, yang sejak dua periode lalu berupaya menjadi KING MAKER bagi dirinya sendiri, melalui gerbong Gerindra. Aksinya sangat menarik perhatian publik, dengan semangat yang meletup-letup. Megawati dan Prabowo sudah sukses menjadi KING MAKER untuk raja kecil Jokowi – Ahok sebagai gubernur Jakarta. Yang ketiga, ARB... yang coba-coba menjadi KING MAKER untuk dirinya sendiri dengan kekuatan Golkar. Pada masa lalu, Golkar sukses sebagai kendaraan bagi pemimpin orde baru.

Yang lebih menarik ditunggu adalah aksi para KING MAKER di luar ketiga nama di atas. Ternyata KING MAKER pada era Reformasi yaitu Amien Rais turun gunung. Dia masih mencoba menggali lagi tuahnya, untuk menentukan presiden berikutnya. Gagasannya seperti biasa menarik perhatian elit politik, melalui poros koalisi rakyat atau koalisi Indonesia Raya. Siapa yang akan diusung Amein Rais dan parpol yang bergabung dengannya, masih menarik untuk ditunggu. Meski sudah gaek, energi Amien Rais masih terlihat kuat dalam menggerakkan para elit parpol tertentu.

Yang terakhir siapa lagi kalau bukan Susilo Bambang Yudhoyono, presiden yang sekarang masih berkuasa. Bagaimana pun, SBY sangat diperhitungkan dalam menentukan presiden berikutnya. SBY berpotensi besar menjadi KING MAKER untuk sosok lain. Jika kita membaca buku SELALU ADA PILIHAN, terlihat jelas bahwa SBY bukan orang sembarangan dalam berpolitik. Pengetahuan, kedalaman dan strategi berpolitiknya, setingkat atau dua tingkat di atas para pesaingnya saat ini. Buah pikirannya dalam buku itu memperlihatkan bagaimana perencanaan yang matang, pasukan yang siap melaksanakan rencana serta logistik yang cukup, menjadikan strategi politiknya berhasil.

Saat ini, semua pihak menunggu dan menanti (mungkin sebagian dengan harap-harap cemas) apa yang akan dilakukan SBY, jelang pilpres. Apakah akan ikut berkoalisi dan mendukung salah satu capres, atau mengusung capres di luar Jokowi, ARB dan Prabowo, atau memunculkan nama baru. Konvensi capres Demokrat ternyata masih berlanjut, dan menunggu hasil survey terhadap para capres itu. Keputusan SBY, dipastikan akan mengubah peta kekuatan menjelang pilpres. Tentu saja, SBY dengan segala kelebihannya dalam berpolitik, punya kekuatan dan modal untuk mengubah peta tersebut.

Yang jelas, kalau melihat rekam jejak antara SBY dan Megawati, agak sulit kalau SBY mendukung Jokowi. Bu Megawati, masih menyimpan dendam politik kepada SBY. Entahlah, kata anak saya, dendam itu tidak baik... tapi mungkin saja kalau di bidang politik, dendam itu baik. Walaupun, tidak ada musuh abadi dalam politik, dan tidak ada kawan abadi pula. Semoga hasilnya tetap yang terbaik buat saya, buat Anda, buat seluruh rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun