Mohon tunggu...
Rainliyus Cahya Negara
Rainliyus Cahya Negara Mohon Tunggu... -

apa yang kita saksikan menjadi apa yang kita rasakan, selayaknya hal tersebut dapat kita bagi untuk hidup kita yang lebih baik dan bermanfaat untuk orang banyak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menemukan Hasrat Hati

20 November 2013   16:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:53 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

April 2013 waktu berjalan begitu cepat tak terasa sudah 7 tahun masa pengabdianku di perusahaan ini, mengawali karir dari titik terbawah dan saat ini berada di posisi menengah, semuanya terlihat berjalan dengan lancar, dari sisi karir dan pendapatan meningkat sesuai dengan kebutuhan Allhamdulillahirobbillalamin. Memasuki tahun ke delapan ini ada perasaan kosong dan mulai muncul banyak pertanyaan dari dalam hatiterasa pekerjaan yang dijalani sebatas rutinitas.

Aktivitas pagi : naik motor, ke stasiun, naik KRL, stasiun, ojek, kantor lalu aktivitas 08.30 s/d 19.30 lalu menjalankan aktivitas malam: kantor, ojek, stasiun, KRL, stasiun, naik motor, rumah. Tiba di rumah pukul 21.00 dan menyaksikan anakku tercinta telah tertidur lelap di samping bundanya. Termenung sejenak aku memikirkan repetisi kegiatanku dari hari ke hari dan mulai terasa stuck tidak bergerak, menjenuhkan dan situasi tempat kerja semakin terasa sesak oleh berbagai macam intrik, kepentingan segelintir orang dan full energy negative datang menyerang. Sampai satu titik kelelahan menyerang hati dan jiwa lelah ingin bernafas, muncullah pertanyaan dari orang disekitar saya “Mas kenapa kok lemes banget kelihatannya ?” “Mas kok nggak semangat sihhh ?” atau seorang sahabat berkata “Ini bukan loe yang gw kenal bro, 6 tahun yang lalu loe selalu semangat dan kreatif, sekarang loe seperti orang yang udah abisss ? sambil dia menghisap rokok garpit favoritnya. Menanggapi semua pertanyaan ini saya hanya dapat tersenyum dan sejujurnya bingung untuk menjawabnya. Yang terasa dada ini makin sesak dan semakin galau.

Pada suatu kesempatan saya bertemu dengan seorang sahabat, namanya Muslim, saya sampaikan rasa lelah di hati dan semakin pesimis melihat ke depan dengan keadaan lingkungan tempat saya bekerja, yang membuat saya bertahan hanya keluarga untuk kepentingan istri dan anak tercinta, “Wah men loe sepertinya bermasalah lama lama bisa parah nihhh, loe mesti cari apa yang loe suka kerjakan bahasa kerennya passion, kalau dari cerita loe, hidup loe flat rata, begitu dapet goncangan langsung dehhh goyang.

Pertemuan dengan Muslim terus terngiang dipikiranku, tapi bagaimana caranya yaaa untuk dapat tahu passion hidup, keadaan ini terus berlangsung sampai dengan 2 minggu, suatu sore menjelang jam kantor selesai saya bertemu Maryadi seorang sales supervisor di mejanya, “Nyow kabar Yai ? “ (apa kabar Bang (bahasa lampung)) Maryadi menyapa saya, “Hikam wawai wawai gawoh” (saya baik baik saja), sebenarnya sihh nggak baik baik banget Bang Maryadi, gw lihat Bang Maryadi punya usaha banyak ya mulai dari cuci motor, ayam bakar, sampe buat akte kelahiran selain profesi sales disini loe nggak bingung Bang ? Hahahahaha ya nggak lah Rai selama bisa berjalan dan menghasilkan terus karyawan gw bisa gajian tepat waktu gw happy banget ini memang kesenangan gw bro, lah loe apa yang loe kerja’in ? terdiam saya memikirkan jawaban yang sebenarnya memang nggak ada, “Gw nggak ada yang dikerja’in selain jadi pegawai disini dan gw nggak tahu kesenengan gw” Tiba tiba Maryadi mengeluarkan sebuah buku “ Coba baca buku ini mudah mudahan bisa ada ide”. Ternyata buku tersebut sangat menginspirasi dan membuatku semakin bersemangat untuk menemukan passion (hasrat) yang selama ini masih jadi enigma dalam hidupku. Semangat tersebut mulai membuahkan hasil ternyata salah satu passionku adalah bidang pendidikan dan pelatihan, teringat masa kuliah di mana aku dapat kesempatan menjadi asisten dosen untuk mata kuliah statistic dan matematika bisang yang sebenarnya bukan “gw banget” namun aku sangat menyukai proses interaksi didalam kelas dan terbayang tahun 2004 saat Papa sedang training di Diklat BRI Ragunan dimana saat itu Papa telpon aku untuk segera ke BRI Ragunan ternyata ada 5 orang temannya tidak lulus materi statistic dan Papa minta aku untuk membantu proses belajar mereka dalam satu malam agar ujian statistic ulangan keesokan hari mereka dapat lulus. Allhamdulillah mereka dapat lulus semua dalam ujian tersebut. Dan saat merasakan kembali moment saat itu rasa bahagia menjalar dalam hati ini.

Bismillahirohmanirohim Insya Allah ini adalah hasrat dalam hidupku, Insya Allah jadi awal langkah depan buat saya dan keluarga. Langkah selanjutnya adalah berdiskusi dengan keluarga tercinta tentang niatan saya untuk ingin dapat lebih banyak berbagi, isteriku tersayang sempat terlihat kaget mendengar niatan ku begitupun Papa dan Mamaku namun aku berusaha meyakinkan bahwa ini adalah proses untuk menuju kehidupan yang lebih baik yang saya butuhkan adalah dukungan baik dari sisi materi maupun moril. Tahapan selanjutnya adalah moment untuk mengikuti pelatihan public speaking, Allhamdulillah setelah mengikuti pelatihan tersebut aku semakin semangat terutama dalam menulis, pengalaman pelatihan selama 3 hari saya ceritakan dan kartu pos pada acara tersebut dari teman teman pelatihan saya tunjukan ke isteriku. Isteri pun tersenyum karena sampai saat ini dia pun belum pernah melihat suaminya bicara di hadapan orang banyak.

Hal ini terasa seperti proses metamorphosis seekor ulat menjadi kupu kupu, dari telur menjadi seekor ulat namun belum berakhir masuklah ulat tersebut dalam sebuah kepompong terkurung dalam suatu ruang gelap yang sempit bergerak, namun ternyata dalam ruang gelap tersebut terbentuklah perubahan tubuh dari sekor ulat menjadi kupu kupu dengan sayapnya yang terbentang, berwarna warni dan terlihat Indah. Semua proses tersebut membutuhkan ketabahan, kerjakeras dan kesabaran.

Semua proses ini membuat saya lebih baik namun jauh dari hasil akhir, ini masih dalam proses belajar dan tiada henti sampai mata tertutup selamanya, proses perubahan ini harus dinikmati untuk menjadi seorang yang lebih baik dan dapat memeberikan manfaat.

Terlepas dari langkah selanjutnya yang harus aku tempuh, Insya Allah ini adalah tambatan hatiku untuk bisa berbagi dan sore 17 November 2013 ini aku melihat senyum Isteri dan celotehan anakku saat mendengar ceritaku hari terakhir pelatihan, ya ALLAH ingin rasanya tetap menghadirkan senyuman itu di wajah mereka orang orang terkasih dalam hidupku. Semoga langkahku selanjutnya adalah langkah awal untuk bisa berbagi dengan lebih banyak orang, ingin terus berbagi dalam bentuk media apapun, belum pernah saya menulis sebelumnya namun saya gerakkan jemari untuk mengikuti kata pikiran dan hatiku, perlahan mulai “menata pikiran dan hati” untuk mencari kesuksesan dan kebahagiaan hidup.

Salam

Rain

“Menata hati dan pikiran”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun