Tidak ada yang tidak mungkin
Saat bertemu dengan seorang sahabat, saya bercerita bahwa seminggu sebelum presentasi tas saya hilang di stasiun Sudirman lengkap dengan materi yang akan saya presentasikan dan beliau berkata : “ kalau mau naik kelas yaaa harus ada ujiannya, In Sya ALLAH tas yang hilang itu akan ada penggantinya”. Pernyataan sahabat ini yang menginspirasi untuk menulis cerita berikut.
Teringat pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 kami belum dikaruniai keturunan, dan berawal saat memasuki usia pernikahan 6 bulan kami berkonsultasi ke dokter Allhamdulillan 1 bulan kemudian isteriku hamil, memasuki usia kehamilan 3 bulan ternyata istriku mengalami gangguan pada kehamilannya yang mengakibatkan keguguran setelah didiagnosa penyebab kegugurannya adalah rubella sejak saat itu kami akrab dengan laboratorium dan tes darah berkala tidak hanya istri, ternyata saya pun dihinggapi rubella, pengobatan secara kedokteran ternyata belum cukupdan akhirnya kami berobat pada Prof Djuanda di Indraprasta Bogor, setelah 3 kali kami mengkonsumsi herbal dan tes darah Allhamdulillah kami bisa lepas dari rubella, lalu kami semangat untuk kembali mempunyai keturunan.
Dan mulailah kami berkonsultasi dengan ginekolog dan harapan kembali muncul, Allhamdulillah tahun 2008 kembali diberi kesempatan untuk memiliki keturunan, isteriku hamil kembali. Kebahagiaan menjalari kami, namunkembali ALLAH SWT belum mengijinkan kami untuk memiliki keturunan kembali keguguran terjadi di usia kandungan 3 bulan dan kali ini istri harus menjalani operasi dan pada hari yang bersamaan di kantor saya mendapatkan promosi namun semua itu seperti nggak berarti, di malam isteri saya di operasi saya menangis dan tersungkur dalam sujud sholat malam dan terucap do’a “ Ya ALLAH selamatkan nyawa isteriku, saya ingin pendamping hidup saya dapat sehat kembali”
Allhamdulillah ALLAH SWT memberikan kesembuhan dan kesehatan untuk istri. Satu tahun berlalu dari peristiwa keguguran terakhir, tahun 2009 kami bulatkan tekad kami untuk kembali memiliki keturunan, mulailah browsing untuk mencari ginekolog wanita dan akhirnya kami dapatkan di sebuah rumah sakit di bilangan Saharjo Jakarta Selatan, dan Bu dokter menyarankan kepada kami untuk menjalani terapi menghangatkan rahim terapi ini dijalani isteri saya dengan tabah karena selama 7 hari dia disuntik di tangannya setiap hari bergantian tangan kanan dan kiri akrab dengan jarum suntik lalu 1 jam rahim akan dihangatkan menggunakan lampu, 7 hari kami jalani lalu tibalah saat mendengarkan hasil dari terapi dari Bu Dokter,
Dokter : “hasil dari terapi adalah peluang Bapak dan Ibu untuk memiliki keturunan adalah di bawah 50%dan disarankan memiliki keturunan dengan cara bayi tabung dengan tingkat kemungkinan yang sama 50%, maaf dengan berat hati saya menyampaikan informasi ini, selanjutnya mohon dipertimbangkan untuk mencoba “bayi tabung”.
Terhenyak kami mendengarnya ibarat mendengar kabar ini, impian kami seolah kandas untuk memiliki keturunan dengan cara normal, keluarlah kami dari rumah sakit diiringi hujan yang mulai turun membasahi bumi, saya tengok kesamping saya lihat air mata mulai menggenang di mata isteri tercinta, saya hanya dapat memeluknya dengan perasaan campur aduk. Malam itu saya sampaikan “ kita coba jalani hidup untuk membahagiakan orang tua, saudara dan keponakan kami. Dan kita nikmati hidup untuk travelling ke tempat tempat yang kita sukai, kita jadwalkan saja tempat tempat yang ingin dikunjungi”, ada sekelumit senyum di bibir isteri dan dia berkata “OK mas kita jalani terus berdua”.
Waktu berjalan, Nov 2009 suatu subuh dan hujan deras membasahi bumi Depok, pagi itu ada telpon, ternyata keluarga di Lampung yang menghubungi dan beliau menginformasikan bahwa saya bisa berangkat haji tahun 2012 untuk membawa rombongan jama’ah haji yayasan An-Namirah. Allhamdulillah satu cita cita yaitu mengunjungi Baitullah In Sya ALLAH dapat terwujud, saya sampaikan informasi jadwal keberangkatan haji ke istri, lalu istri saya berkata “mas kok berangkat haji sendirian ikut dong, pakai uang untuk beli mobil saja” Langsung kami hubungi keluarga di Lampung agar istri saya dapat didaftarkan. Namun tidak terhenti di situ istri saya meminta agar Ibu mertua di ajak dan kami daftarkan agar bisa berangkat bersama kami.
Subhanallah Allhamdulillah Allahu Akbar 1 bulan dari kami mendaftarkan haji Jan 2010 istri saya positif hamil dan ini berkah dari ALLAH SWT kehamilan ini berjalan lancar danOct 2010 kami mendapatkan amanah dari ALLAH SWT seorang putri yang cantik dan sehat, kami sadari ini adalah jawaban untuk penantian kami namun menjadi awal baru untuk menjadi orang tua yang amanah.
Ketika kehilangan 2 kali kesempatan memiliki keturunan ternyata merupakan proses yang membuat kami “naik kelas” untuk lebih saling memahami dan terus berjuang bersama. Ketika perjuangan belum tentu hasilnya sesuai harapan dibutuhkan kerelaan. Ketika harapan di uji ternyata kepasrahan hakiki yang muncul. Di saat manusia berkata sulit bahkan mustahil tidak ada kata “mustahil” dalam bagi ALLAH SWT. Semoga kita senantiasa mendekatkan diri kita dengan ALLAH SWT dan tak pernah berputus asa dari rahmat-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H