Data terkini per 23 Oktober 2019 dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) memperlihatkan dari jumlah investor pasar modal yang saat ini mencapai 2,28 juta akun atau SID (Single Investor Identification), ternyata kalangan milenial atau usia di bawah 30 tahun sudah mencapai 43,28%.
Akun milenial yang mencapai 43,28% itu mencakup reksa dana, saham, dan Surat Berharga Negara (SBN) dengan peningkatan signifikan di reksa dana yang tumbuh 60,2% sepanjang tahun berjalan menjadi 1,59 SID dari 2018 sebanyak 995.510 SID.
Selanjutnya investor di rentang usia 30-40 tahun mencapai 24,91%, usia 41-50 tahun sebesar 16,84%, usia 51-60 tahun sebanyak 9,9%, dan di atas 60 tahun sejumlah 5,08%. Data ini memperlihatkan kalau jumlah investor semakin tua semakin mengecil, meski dana kelolaannya justru cenderung meningkat.
Namun menariknya, dari total portofolio aset investor individual yang mencapai Rp489,41 triliun, investor milenial hanya mengelola aset sebanyak Rp12,15 triliun, sementara investor di atas milenial (di atas 60 tahun) justru memiliki portofolio sebanyak Rp243,49 triliun.
Data dari KSEI ini memang menggembirakan seiring dengan masifnya edukasi pada para milenial. Â Di sisi lain, Â berinvestasi melalui pendekatan platform digital perlu terus dikedepankan guna mendorong kesadaran aksi investasi di kalangan generasi milenial.
Diakui, kesadaran milenial dalam berinvestasi melalui platform digital sebenarnya lumayan tinggi. Potensi ke depan tentunya bakal jauh lebih besar dari yang terlihat sekarang ini seiring dengan bonus demografi.
Kemudahan dalam membuka rekening efek melalui digitalisasi rekening efek berbasis aplikasi, semisal melalui aplikasi IPOTGO atau IPOTPAY, pun memang mampu mendongkrak jumlah investor di pasar modal dari kalangan milenial secara signifikan. Milenial menikmati sensasi kemudahan dan kecepatan akses yang selama ini belum mereka dapatkan.
Pembukaan rekening efek saat ini sudah sangat cepat dan mudah hanya dengan beberapa kali sentuhan atau gesek di smartphone.
Namun tak dapat dipungkiri kebanyakan milenial masih sebatas membuka rekening efek dan belum banyak yang berinvestasi. Adalah tugas yang tidak mudah untuk mendorong milenial melalui edukasi agar mereka benar-benar melakukan aksi investasi di pasar modal. Milenial perlu menemukan sensasi baru dalam hal manfaat investasi.
Investasi bagi milenial bisa jadi kurang dari sisi sensasi karena tidak dirasakan langsung seperti halnya belanja online. Sensasi investasi sifatnya jangka panjang dan tidak langsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H