Namun dia tetap tenang, dan mulai mengusap kepalaku dengan lembut.
"Maaf ya klo aku gak peka, coba ceritakan ke aku, dibagian mana aku tidak peka?"
Emosiku perlahan mulai mereda. Begitulah dia pikirku, sedari dulu tidak pernah berubah.
"Kamu itu, kenapa sih, gak pernah peka sama dirimu sendiri, apa coba maksudmu tadi bersikap seperti itu, kayak orang bego, pura-pura gak tahu hal sekecil itu, cuma buat apa? Jadi bahan tertawaan teman-temanmu, kayak gak ada bahan obrolan lain yang lebih berat apa?"
Mendengar ucapanku dia tampak terkejut, dia menunduk sejenak, lalu tersenyum kepadaku.Â
"Terima kasih ya, kamu memang yang paling mengerti aku." Dia mulai mengalihkan pandangannya ke arah taman. Lalu dia mulai bercerita, "Kau benar, orang jenius seperti aku, tidak mungkin tidak tahu hal sepele seperti itu, tapi kamu tahu kan aku orangnya seperti apa, aku hanya ingin mereka tersenyum, itu saja. Lelah? Jelas lelah, aku pun sering merasakannya, kadang aku benar-benar berharap, ada temanku yang menyadari sikap konyolku tersebut yang jelas-jelas tidak masuk akal itu, tapi rasanya memang tidak mungkin."
"Lalu kenapa kau masih bersama mereka?" Dia mulai mengembalikan pandangannya kepadaku, lalu dia tersenyum kembali.
"Kamu tahu, dulu, sebelum aku mengenalmu, mereka adalah orang-orang yang sudah menyelamatkanku dari kesepian. Aku tahu sekarang mereka mulai sibuk dengan dunianya masing-masing, dengan permasalahan yang mungkin aku sendiri tidak tahu itu apa, karena itu, jika aku bersikap seperti itu bisa membuat mereka tersenyum, aku tidak masalah."
"Apa memang tidak ada cara yang lain? Kau mungkin tidak merasa, tapi hal yang kamu lakukan itu sudah membuatku sedih, karena aku tidak ingin kamu diperlakukan seperti itu, mereka tidak pernah tahu apa yang sudah kamu hadapi, seberat apa hidupmu.." belum selesai aku berbicara, tiba-tiba saja dia memulukku.
"Terima kasih, sudah memperhatikanku sebaik itu, sudah menangis untuk aku yang tidak peka ini, kamu tahu, aku tidak masalah seluruh dunia tidak mengenal apalagi memahamiku, selama satu orang saja bisa memahamiku, bagiku sudah cukup, terima kasih sudah menjadi orang itu."
Gerimis perlahan mulai turun, menyamarkan air mata yang tiba-tiba mengalir dengan derasnya. Beruntungnya aku, memiliki dia yang tangguh dan baik hati ini.