Mohon tunggu...
Rendra Siswoyo
Rendra Siswoyo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

bercita-cita menjadi seorang kepala sekolah terinovatif, inspiratif, terkreatif.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nasihat untuk Mata Kita

13 Desember 2010   03:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:46 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Wahai mata, tunduklah pada Penciptamu. Mengapa engkau begitu liar dan menjadi tak terkendali padahal bentukmu sangat kecil. Wahai mata, sesungguhnya engkau merupakan sumber kebaikan jika engkau memang berfungsi untuk tunduk pada Allah swt. Dan engkau bisa menjadi jalan untuk masuknya racun dunia hingga menyusup kedalam otak lalu mengalir pada setiap sendi-sendi manusia hingga sendi-sendi itu tergerakkan untuk mengikuti sumber busuk yang baru saja masuk melalui pintu dirimu. Wahai mata, sungguh tunduklah pada Allah. Jika selama ini engkau berfungsi menjadi jalan keburukan maka bersihkanlah dengan air mata ketakutan, ketakutan pada Penggenggam keberadaanmu, Allah Swt. Penjamkan matamu dan tetesan-tetesan air mata akan kesalahanmu itu lebih bernilai dan lebih bisa mensucikan putihnya warnamu. Rindulah untuk melihat Al quran dan rindulah untuk menjadi pintu-pintu ilmu yang tentu sinar putihmu bisa menyinari hati dalam hari-harimu. Jikau engkau tetap memberontak dari perintah Tuhanmu, sungguh aku akan memaksamu untuk menangis, menangisi kelemahanmu dan menangisi dirimu atas saudara-saudaramu yang telah gugur hingga menangis darah karena kerelaannya untuk membela agama Allah Swt.

Wahai mata, jika engkau jenuh karena lelah sebagai pintu masuk ilmu, lelah melihat rintangan-rintangan di depanmu , lelah menahan dari segala hal yang bukan hak mu untuk kau lihat, maka ingatlah wahai mata, kelelahan itu akan segera terobati ketika engkau istirahat didalam tanah, istirahat dengan memejamkan matamu hingga hari Akhir yang dijanjikan tiba.

Wahai mata, tetaplah dalam fitrahmu yakni melihat sesuatu untuk dan dengan aturan Allah Swt Tuhanmu. Engkau akan tenang dengan fitrahmu itu, dan engkau akan semakin liar dan gelisa jika tidak mau dengan fitrahmu itu

Wahai mata, kelelahanmu untuk pintu rahmat Allah tidak ada apa-apanya bila dibandingkan balasan Allah yang akan diberikan kepada Allah kelak. Sungguh bukankah sebuah kenikmatan yang tanpa batas bila kamu diberi kesempatan untuk memandang surga beserta isinya? Disana ada apa saja yang ingin kamu lihat. Termasuk bidadari yang seperti batu marjan.

Wahai mata, tidakkah ingin kamu berada ditempat yang paling tinggi, yakni surga firdaus yang dari ketinggian sanalah kamu bisa memandang nyala arsy Allah.

Wahai mata, bila balasan itu jauh lebih baik dari apa yang kamu pandang di dunia dan berbagai isinya maka tidakkah kamu ingin memaksakan diri untuk bisa mengendalikan dirimu dari segala sesuatu yang menghalangimu untuk kenikmatan yang dijanjikan kepadamu? Paksakan saja untuk tidak melihat aurot-aurot saudaramu, toh kamu hanya gelisa sesaat saja, toh pemaksaan itu tidak sampai membunuh dirimu. Apalagi derita dari pemaksaanmu untuk memalingkan dari yang bukan hakmu itu hanya sekejab saja. Sekejab untuk semilyar abad bahkan selama-lamanya disisi Allah Swt Tuhanmu.

Wahai mata, jika engkau tak sanggub menatap matahari maka mengapa kamu memilih menatap yang bukan Hak mu padahal siksa Allah itu jauh lebih panas dari matahari.

Sampaikan salam dan pesanku ini pada panca indra yang lain agar mereka memahami yang serupa denganmu..

tentu salam itu untuk mengabarkan bahwa itu semua bukan mutlak kesalahamun wahai mata. Akupun tau kau sudah menunduk, kau sudah berusaha memalingkan pandangan dari yang bukan hakmu jika kau memang berusaha, aku tau itu. Namun dari yang engkau pandangi juga tidak pernah tahu malu. Menelanjangi lengannya, dadanya, kakinya dan juga rambutnya. Sungguh menggelisahkanmu. Untuk itu tidak cukup memang ketika kau berjuang untuk menahan diri dari usaha memalingkan arahmu dari ketelanjangan itu. Butuh lingkungan yang sesuai dengan fitrahmu yang tentunya tanpa aksi penelanjangan-penelanjangan itu. Ya aku sudah tahu mata. Akupun sedang menuju kesana, memperjuangkan lingkungan itu. Lingkungan yang diatur sistem Illahi, lingkungan para Sahabat dan Rasulullah Saw, sebuah institusi agung penegak hukum-hukum Nya. Ya itulah khilafah islamiyah yang dijanjikanNya.

Selagi memperjuangkan Khilafah islamiyah, maka bersabarlah. Karena engkau juga kelak akan menikmati indahnya keagungan Khilafah. Tetaplah berjuangan menjinakkan dirimu sendiri wahai mata, sementara aku mengusahakan tegaknya sistem itu. Kesabaranmu untuk takluk pada aturan Alloh, Tuhanmu tentu akan mempercepat datangnya pertolonganNya, begitu pula sebaliknya. Jika kamu kembali liar maka pertolongan akan tegaknya Kembali Khilafah islamiyah tentu akan semakin lama turun menghampiri kita. Maka tetaplah bersabar, dan kau akan melihat hasilnya mata!(RN)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun