Seperti yang kita ketahui, Matematika memiliki kesan yang kurang menyenangkan sehingga sebagian siswa memiliki minat yang minim pada pembelajaran matematika (Sirait, 2016). Kemampuan dalam memecahkan masalah cenderung rendah karena citra matematika yang menyeramkan dan sulit bagi siswa (Indriana dan Maryati, 2021). Hal ini memunculkan suatu masalah pada pembelajaran yang kurang diminati yang disebabkan anggapan murid yang buruk pada matematika. Hal tersebut terjadi karena matematika hanya sekadar dikenal sebagai suatu himpunan rumus, memiliki bentuk yang tidak beraturan, berpatokan pada teori, dan terkesan kaku (Amir, 2015).
      Peranan guru selaku pemberi ilmu matematika pada murid sangatlah berpengaruh terhadap masalah ini. Guru dalam melaksanakan suatu pembelajaran matematika haruslah membawakan euforia positif pada matematika sehingga memunculkan suatu kesan yang positif pula terhadap matematika bagi murid. Minat guru terhadap matematika haruslah tinggi serta memiliki tanggapan yang positif, karena minat guru menjadi faktor yang menentukan tingkatan keminatan siswa dalam mempelajari matemaitka (Amir, 2015).
      Hal yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah ini ialah menunjukkan bahwa matematika memiliki seni yang indah dan dapat dipelajari dengan cara yang bervariasi. Peninjauan koneksi antara seni dan matematika dapat menjadi penunjang terhadap pemahaman konsep terhadap matematika. Seni yang dimaksud yaitu penyajian matematika yang beragam bisa berupa teka-teki matematika, matematika yang berbentuk suatu permainan, puisi matematika, dan sebagainya.
      Menurut penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013), terjadi peningkatan minat belajar matematika setelah pemberian upaya permainan teka-teki. Menurutnya, terdapat beberapa jenis permainan teka-teki yang umumnya digunakan anak, yaitu (1) teka-teki yang berbentuk pertanyaan (Riddling Questions); (2) Permainan kata-kata (Punning); (3) Permasalahan yang disajikan dalam bentuk matematika (Problem and Puzzle); (4) Pertanyaan yang merangkap (Catch Question); dan (5) Pertanyaan yang sifatnya lelucon (Riddle Joke). Adapun contoh teka-teki menurut Amir (2015) yaitu "Minta seseorang memikirkan dua pasang bilang yang mana lambang bilangan tersebut tidak lebih dari dua angka.Â
Misal usia dan nomor sepatu, tanggal juga bulan lahir, dan lain-lain. Lakukan operasi hitung sebagai berikut: kalikan bilangan pertama dengan 2 lalu, ditambah 3, kalikan dengan 5, tambah dengan 4, kalikan dengan 10, dan terakhir tambahkan bilangan kedua. Minta dia memberitahukan hasil perhitungannya!". Hasil dari pertanyaan tersebut memberikan suatu jawaban yang unik dan menyenangkan karena jawabannya berkaitan dengan fakta. Hal ini dapat memberi stimulus pada anak untuk mencari tahu bagaimana jawabannya bisa sesuai fakta yang ada.
      Selain teka-teki, ada juga permainan matematika lain yang dapat diterapkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zarkasi dan Lutfianto (2017), terdapat hubungan antara permainan yang berkaitan dengan matematika dengan minat belajar murid pada pembelajaran matematika, yakni meningkatnya minat belajar murid terhadap matematika setelah pemberian upaya penerapan permainan matematika. Salah satu contoh permainan matematika yaitu Permainan Tangram. Permainan ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran terhadap materi Geometri sehingga dapat meningkatkan minat belajar murid terhadap pembelajaran Matematika, khususnya materi bangun datar (Mufti, Pranata, dan Rijal, 2020).
      Sebagian anak mungkin menggemari seni puisi. Uniknya, matematika ini dapat diterapkan pula pada puisi dengan majas bahasa yang indah dengan kiasan yang unik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heuvelman, Nani, Jalal, Yuliyanti, dan Samad (2022), hasil yang ditunjukkan yaitu terdapat peningkatan minat belajar murid terhadap matematika setelah menjadikan puisi sebagai media pembelajaran matematika.
      Dapat disimpulkan, matematika memiliki keterkaitan dengan unsur-unsur seni. Unsur-unsur seni tersebut dapat diterapkan ke dalam pembelajaran sehingga murid dapat melihat unsur estetika dalam matematika dan dapat mempelajari matematika dengan cara yang lebih menyenangkan. Guru selaku pengajar atau fasilitator dapat memperlihatkan keindahan yang ada dalam matematika sehingga citra matematika yang tadinya menyeramkan, sukar, dan kaku menjadi terlihat lebih menyenangkan dan menjadi suatu tantangan yang seru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H