Mohon tunggu...
Raihan Otman Marolop
Raihan Otman Marolop Mohon Tunggu... Lainnya - Sastra, Opini

Seorang mahasiswa. Menulis apa saja untuk mengeluarkan penat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mau Dibawa ke Mana Kebudayaan Nasional dan Lokal di Tangan Capres & Cawapres 2024?

7 Februari 2024   22:24 Diperbarui: 7 Februari 2024   22:29 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Dedy Eka Timbul Prayoga from Pixabay

Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi dalam Sumarto:

Kebudayaan adalah seluruh hasil karya, rasa, serta cipta dari masyarakat untuk menguasai alam sekitar demi keperluan masyarakat juga

Dengan tanggal pemilihan umum (pemilu) yang semakin dekat, maka siapakah yang akan menjadi pemimpin yang paling memperhatikan budaya lokal sehingga dapat diselamatkan dan kembali menjadi jati diri tiap-tiap kelompok di negara ini? Nilai pluralitas menjadi hal yang penting dikarenakan di bawah NKRI, semua suku bersatu menjadi sebuah identitas yang besar dan agung demi dapat menggabungkan dan mempersatukan segala keperluan dan kebutuhan di dalam wilayahnya. Budaya yang adalah sebuah identitas individu maupun golongan yang sudah turun temurun keberadaannya seharusnya dapat menjadi sebuah dorongan bagi masyarakat dalam menjalankan kesehariannya. Namun, di masa kini kebudayaan nampak kurang diperhatikan oleh sebab modernisasi dan hanya dijadikan sebuah nilai yang sekadar 'ada' terutama bagi kehidupan di wilayah perkotaan besar.

Masifnya perpindahan penduduk dari tanah leluhur ataupun 'kampung halaman' menuju perkotaan besar dengan niat baik untuk meningkatkan standar kehidupan nampaknya juga memudarkan tradisi tersebut apalagi jika harus berhadapan dengan budaya kapitalis di mana bertahan hidup adalah kunci satu-satunya yang menimbulkan sikap individualisme. Selain itu, terlihat jelas bahwasanya nilai persatuan yang awalnya didasari oleh budaya-budaya lokal yang menjadi basis nasional dapat digeser dengan mudah pada masa kini, apalagi masa depan. Beragam tindakan dan kegiatan sudah dilakukan demi mempertahankannya, tetapi belum ada yang mampu menggubris nurani manusia di wilayah metropolitan. Oleh sebab itu, siapa yang akan mengambil komando menuju Indonesia yang berbudaya penuh dan bagaimana tindakannya terutama bagi pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Jika memang penggolontoran uang menjadi tindakan kunci, maka akan hilang usaha tersebut karena sikap curang korupsi yang PASTI terjadi pada bidang-bidang pekerjaan ini. Bagaimana kita akan dapat mempercayai seorang pemimpin dalam hal kebudayaan jika memang mereka hanya akan memberikan fasilitas dan uang tanpa menjadikan kebudayaan nasional maupun lokal sebagai dasar dari gerakannya di masa kepemimpinan? Apakah budaya dan tradisi lahir dari uang?

Ketika melihat sebuah nilai hidup dengan uang, memang dapat dilaksanakanlah acara tersebut dikarenakan kebutuhan akan materi sangat perlu. Namun, tanpa niat dan dukungan besar terhadap penegakkan budaya, akan jadi apa tradisi tiap suku di masa mendatang? Cukup menjadi tontonan pembuka seminar atau tinggal ingatan semata? Sangat perlu mengingat bagaimana pejuang merelakan gerakkan-gerakkannya yang awalnya lingkup kesukuan menjadi sebuah gerak nasional yang nantinya menjadi Indonesia yang seperti sekarang. Padahal, banyak dari pejuang tersebut adalah petinggi adat yang rela meregang nyawa demi kemerdekaan suku dan negara. Namun, nampaknya perjuangan tersebut dikesampingkan dan termajinalkan di masa sekarang di mana nilai diukur dengan materi.

Lantas, siapa pemimpin yang dapat menegakkan nilai tradisi lokal dan nasional? Apakah keuangan memang menjadi kunci penting dari keberadaan dan pengembangan budaya lokal dan nasional? Siapa saja yang ditunjuk demi pelaksanaan program-program kerja tersebut? Dan yang terakhir, apakah kebudayaan lokal dan nasional kembali menjadi pilar penting bangsa dan pemerintah atau hanya akan terpajang di museum saja?

Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun