Mohon tunggu...
Raihan Otman Marolop
Raihan Otman Marolop Mohon Tunggu... Lainnya - Sastra, Opini

Seorang mahasiswa. Menulis apa saja untuk mengeluarkan penat.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ketika Pemilihan Umum 2024 Adalah 2 Paslon Melawan 1 Paslon

6 Februari 2024   01:09 Diperbarui: 6 Februari 2024   01:17 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Menjelang Pemilihan Umum 2024, probabilitas manuver politik semakin terlihat dengan bagaimana adanya kemungkinan paslon 01 akan berkolaborasi dengan 03 dengan harapan pemilu dilaksanakan sebanyak dua periode guna meredupkan suara paslon 02. Terdapat beberapa kemungkinan yang mendasari mengapa dapat persekongkolan antara dua pasangan calon yang sebenarnya berbeda juga dalam visi, misi, maupun pemetaan dalam kepemimpinannya. Namun, hal tersebut menjadi mungkin dengan bagaimana mencuatnya berbagai berita tentang penguatan dan solidaritas mengalahkan paslon 02. Apa yang ditakutkan dan mengapa menjadi urgensi? Apakah oligarki adalah yang paling penting? (Oposisi 02 juga menerapkan oligarki bahkan sebelum 02).

Terdapat beberapa hal yang dapat membuktikan tentang bagaimana pemilu ini adalah 2 pasangan melawan 1 yang dapat dilihat dengan fenomena 'Salam 4 Jari' yang menargetkan pasangan calon Prabowo-Gibran agar kalah di Pemilu 2024 nanti. Semenakutkan apakah pasangan calon tersebut bagi partai-partai lainnya? Apakah kemenangan bagi 02 nanti adalah kekalahan absolut bagi ketua partai lainnya? Apakah 02 mencederai demokrasi atau partai lainnya yang takut kehilangan porsi oligarki tersebut. Berkolaborasinya kedua pasangan calon ini setidaknya dapat menunjukkan secara tidak langsung bagaimana taktik oligarki berjalan dengan baik oleh kubu 02 dan terasa berat dan berliku bagi 01 dan 03.

Red-Flag kubu 02 menjadi hal yang selalu diingat-ingat tentang HAM di masa Orde Baru, pengalaman sang cawapres, dan keputusan MK. Namun, se-GreenFlag apakah 01 dan 03? Apakah terlalu kecil kasus yang mereka lakukan hingga tidak tersorot mata elang? Atau memang sehebat itukah mereka dalam menahan gerak media dan ahli dalam menghapus jejak? Siapa yang paling bersih dalam riwayatnya?

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mencari pemimpin negara adalah mereka yang mampu meneruskan rancangan pembangunan yang kemungkinannya kecil ketika perubahan terjadi terus menerus. Sama seperti perusahaan yang pemiliknya digantikan oleh sang anak, apakah respons investor serta konsumen akan tetap sama dengan latar belakang yang berbeda yang dimiliki sang ayah dan penerusnya? Apakah arah gerak serta caranya akan sama sehingga terdapat keberlanjutan dalam pembangunan relasi?

Sebaik apakah perubahan itu dari sudut pandang kembang mengembang? Bukankah semakin banyak perubahan maka pengembangan berkemungkinan besar dimulai dari awal lagi? Seagung apakah lawannya sehingga dapat menggaet kepercayaan oleh kawan-kawan besar oleh rezim sebelumnya?

Demikian sedikit cara saya berpikir, mohon koreksi jika salah.
Salam 4 Jari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun