Mohon tunggu...
Raihan Otman Marolop
Raihan Otman Marolop Mohon Tunggu... Lainnya - Sastra, Opini

Seorang mahasiswa. Menulis apa saja untuk mengeluarkan penat.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Stadion: Harusnya Aku Bisa Seramai Itu

29 Maret 2023   23:47 Diperbarui: 30 Maret 2023   00:37 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Entah bagaimana, ternyata pihak domestik yang punya pengaruh besar dan yang saya sangka tahu akan kebutuhan negara ini ternyata dengan motif yang aneh berjuang untuk anti terhadap keikutsertaan sebuah negara dalam ajang internasional. 

Masalahnya, pertimbangan logisnya adalah lebih baik mencari tuan rumah baru ketimbang menggeser tim yang memang sudah qualified dalam turnamen tersebut. Saya terkadang berfikir bahwa segi historis yang dibanggakan ternyata tidak merubah apa-apa bagi masa depan. Kualitas manusia akan berubah menjadi seorang yang bangga atas buatan karya orang lain daripada buatan baru pada generasinya. Apa yang akan dibanggakan pada masa depan? Belum tentu kita dapat memastikannya.

Ketika kita menjadi anti kolonialisme dan anti barat pada orde lama, kenyataannya kita sedang mendengarkan artis-artis barat di telinga kita dan mencoba meraih barang-barang untuk mengikuti trend. Saat kita anti pada sebuah ras yang disangka menguasai perekonomian kita, secara tidak langsung barang kepentingan milik kita adalah hasil kerja sama dengan negara tersebut. Pada masa kita membenci dan ancang-ancang "GANYANG" kita teriakkan pada masa lalu, ternyata tontonan dari bahasa tersebut menjadi bulan-bulanan anak kecil negara ini. Apa yang akan terjadi di masa depan ketika kita melihat pola tersebut?

Banyak masyarakat kecil yang berharap pada tontonan sepak bola agar dapat memuaskan dahaga mereka ternyata harus dihancurkan oleh ide-ide para idealis calon fasis. Apakah mereka tidak berfikir manfaat dari ajang ini bagi masyarakat kecil?

 Harus ada bayangan bahwa masyarakat kecil setidaknya akan berkumpul di depan satu televisi kecil dan bertepuk tangan dengan siaran sepak bola Piala Dunia U-20 dan dukungan pada Indonesia. Bayangkan saja seberapa laku para penjual aksesoris timnas ketika ajang ini dilaksanakan, setidaknya mereka dapat bersenang dengan pendapatannya walau hanya satu bulan. Dengan kondisi sekarang, apa yang mereka harus lakukan? Pintu sudah tertutup, kawan.

Saya fikir sebagai kaum awam, sejarah memang jangan dilupakan, tetapi masa depan harus dilihat dengan seluk-beluk rumit yang harus ditelaah dengan baik. Saya rasa Indonesia yang gugur menjadi tuan rumah adalah kerugian besar atas keserakahan beberapa pihak yang merasa algojo baik negara ini.

Sekian,
terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun