Malam merendah,
jatuh di atas pundak dan dada, tetapi ada di bawah alis dan mata
Hujan pun menyambut hilangnya surya,
menimangku dengan doa agar hari esok dapat menjebakku dalam terik dan sesak
Dan kamu, sayang
Sebentar saja sebelum kau hilang dalam belokan kiri di sebelah sungai yang mengalir deras,
kamu menatapku seperti tak rela dibawa pergi oleh mesin yang tidak mau berhenti
Kamu pulang sebelum temaram bulan berdiri tegak dalam gelapnya bumi,
meskipun hanya sebentar saja sebelum digantikan lagi oleh matahari yang murka
Aku berbalik arah ketika kau sudah ditelan oleh belokan itu, kembali ke kamarku
Lalu mengunci pintu hotel itu dalam sepi, mencari ke mana suaramu pergi
Mengingat jelas jejak manis yang kau tinggalkan di lantai yang dingin ini
Mengenang yang lalu dalam senang dan air mata yang tumpah dalam ringisan yang kamu penjarakan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H