Mohon tunggu...
Raihan Maulana Heriandry
Raihan Maulana Heriandry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia iseng

Kenalin aku raihan, calon orang sukses

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bundengan: Alat Musik Tradisional Khas Wonosobo yang Semakin Dikenal

26 Januari 2025   14:02 Diperbarui: 26 Januari 2025   14:02 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggembala bebek bermain Bundengan (Sumber: id.wikipedia.org)

Alat musik ini pada dasarnya merupakan sebuah caping atau penutup kepala khas penggembala itik/bebek yang biasa disebut kowangan. Namun di kemudian hari, kowangan tidak hanya berfungsi sebagai penutup kepala, melainkan juga sebagai instrumen yang unik dan penuh daya tarik.

Mirip Gamelan

Bunyi alat musik ini menyerupai suara satu set gamelan. Untuk menghasilkan bunyi-bunyian unik, kowangan perlu ditambahkan susunan bilah bambu dan dawai sebagai sumber utama suara. Tubuh kowangan berfungsi sebagai ruang resonator, sehingga suara yang dihasilkan Bundengan memiliki efek mendengung. Oleh karena itu, alat musik ini disebut Bundengan, berasal dari kata "bundheng" yang berarti berdengung dalam bahasa lokal.

Teknik dasar dalam memainkan Bundengan adalah dengan memetik dawai menggunakan tangan kanan, sementara tangan kiri memainkan bilah bambu yang berfungsi sebagai instrumen kendang. Teknik ini menciptakan perpaduan suara yang harmonis dan kompleks, mirip dengan ansambel gamelan.

Perjalanan Bundengan dari Ladang ke Pentas Dunia

Bundengan sudah eksis sejak lama sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Wonosobo. Bahkan, popularitasnya mulai meningkat beberapa tahun terakhir berkat upaya pegiat seni yang mempromosikan alat musik ini di berbagai acara budaya. 

Salah satu sosok yang berperan besar dalam mengenalkan Bundengan ke kancah internasional adalah Said Abdullah, salah satu guru musik dari penulis. Beliau bersama rekannya berhasil membawa bundengan ke Australia melalui pertunjukan bertajuk "The Sound of Shadow" di Sydney pada tahun 2018. Ini adalah bukti bahwa Bundengan memiliki daya tarik universal yang mampu menarik perhatian dunia.

Berbagai langkah telah dilakukan untuk melestarikan bundengan, salah satunya melalui media pembelajaran di sekolah. Bundengan diajarkan sebagai bagian dari kurikulum seni budaya di sekolah-sekolah setempat dan melalui kegiatan ekstrakulikuler. Acara seminar dan sosialisasi kepada masyarakat juga banyak dilakukan untuk membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya ini. Tak hanya itu, promosi melalui media sosial dan audiovisual seperti dokumenter juga dilakukan untuk menjangkau generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi digital. 

Berkat kontribusi dari semua pihak, baik dari dinas setempat, pegiat musik tradisional, maupun masyarakat secara umum, Bundengan semakin dikenal khalayak luas sehingga dapat memperkuat identitas budaya dan cerminan dari kekayaan budaya lokal.

Sumber: 

  • Abdulloh, M. S. (2017). Bundengan: Sebuah Studi Organologi.
  • Limbong, H. E. (2018). Enkulturasi Alat Musik Bundengan di SMP Negeri 2 Selomerto Wonosobo.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun