Mohon tunggu...
raihanialhusna
raihanialhusna Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa/universitas negeri semarang

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerita Anak Sebagai Pembentuk Karakter di Tengah Kemajuan Era Digital Dalam Lingkup Sekolah

2 Desember 2024   22:10 Diperbarui: 2 Desember 2024   22:49 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak : Pendidikan karakter merupakan aspek penting dalam pembentukan kepribadian anak di tengah kemajuan teknologi digital. Cerita anak, sebagai bagian dari pendidikan informal, berperan dalam menanamkan nilai moral yang dapat membentuk karakter anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran cerita anak dalam pembentukan karakter di era digital, serta tantangan yang dihadapi dalam proses tersebut. Cerita anak mengandung banyak nilai moral yang dapat membentuk sikap positif seperti kejujuran, keberanian, dan tanggung jawab, namun tantangan di era digital berupa kemudahan akses terhadap berbagai jenis konten dapat mempengaruhi efektivitasnya. Akses yang tidak terkontrol terhadap konten yang kurang mendidik, serta pengaruh media sosial yang sering kali menyajikan standar yang tidak realistis, menjadi tantangan utama dalam pembentukan karakter anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk memberikan pengawasan terhadap konten yang dikonsumsi anak-anak dan mengintegrasikan cerita anak yang mendidik dalam pembelajaran digital. Dengan pendekatan yang tepat, cerita anak dapat menjadi alat yang efektif dalam memperkuat nilai-nilai karakter anak, baik di sekolah maupun di rumah, sehingga dapat membentuk individu yang memiliki integritas dan moralitas yang tinggi di era digital ini.

Kata Kunci: cerita anak, pembentukan karakter, era digital, pendidikan karakter, tantangan digital.

Pendahuluan

      Pendidikan memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena merupakan kebutuhan dasar yang mendasar. Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 dan Pasal 2, pendidikan didefinisikan sebagai usaha yang sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung peserta didik dalam mengembangkan potensi diri. Hal ini mencakup penguatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, pembentukan karakter, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan untuk kepentingan pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan nasional sendiri adalah pendidikan yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mengakar pada nilai-nilai agama, budaya nasional Indonesia, dan mampu beradaptasi dengan tuntutan perubahan zaman.

      Kunci kesuksesan dalam pendidikan karakter terletak pada peran penting yang dimiliki oleh guru. Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam prinsip "ing ngarsosung tuladho, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani," seorang guru harus mampu memberikan teladan, membangun semangat, dan memberikan dukungan kepada siswa. Guru idealnya memiliki kedekatan dengan peserta didiknya, tidak hanya dari segi intelektualitas, tetapi juga dalam memahami dan memperhatikan perkembangan kepribadian setiap anak. Dengan demikian, guru memiliki peran sentral dalam membentuk karakter siswa yang utuh, baik dalam aspek akademik maupun sosial.

      Perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 sangat penting di tengah tantangan kebangsaan yang ada saat ini. Beberapa permasalahan yang berkembang, seperti disorientasi dan kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila, keterbatasan perangkat kebijakan yang dapat mewujudkan nilai-nilai tersebut, serta bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menuntut adanya upaya konkret dalam memperkuat kesadaran nilai budaya bangsa. Ancaman disintegrasi bangsa dan melemahnya kemandirian juga menjadi faktor yang mendorong perlunya implementasi pendidikan karakter yang lebih kuat di tingkat sekolah.

      Pendidikan karakter dapat diterapkan melalui berbagai strategi. Menurut Fitri (2012: 45), beberapa langkah yang dapat diambil antara lain adalah pengintegrasian nilai dan etika dalam setiap mata pelajaran, internalisasi nilai positif yang ditanamkan oleh seluruh warga sekolah (kepala sekolah, guru, dan orang tua), serta pembiasaan dan latihan. Selain itu, pemberian contoh atau teladan yang baik dari para pendidik dan penciptaan suasana yang mendukung terbentuknya karakter di sekolah sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan karakter. Pembudayaan nilai-nilai karakter ini harus terus diperkuat untuk membangun generasi yang memiliki integritas, rasa kebangsaan, dan kesadaran budaya yang tinggi (DINAS SOSIAL KABUPATEN TEGAL, 2023).

      Era globalisasi, dengan kemajuan teknologi digital, telah mengubah cara manusia mendapatkan informasi, yang sebelumnya terbatas secara lokal kini dapat diakses secara global. Dalam menghadapi era ini, dibutuhkan individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, kompetitif, dan mampu beradaptasi. Tiga faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter seseorang adalah bawaan, lingkungan, dan latihan. Sementara faktor bawaan tidak bisa diubah, lingkungan dan latihan, yang sering kali diperoleh di lembaga pendidikan, memainkan peran besar dalam membentuk karakter.

      Karakter bukanlah sekadar sifat bawaan, melainkan dapat dibentuk melalui latihan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kepribadian yang baik. Pendidikan karakter harus dimulai sejak dini untuk memastikan pondasi yang kokoh bagi generasi mendatang. Hal ini penting tidak hanya di tingkat pendidikan dasar, tetapi juga di perguruan tinggi. Pendidikan yang berkarakter bukan hanya menghasilkan individu yang berpengetahuan, tetapi juga mereka yang memiliki integritas dan moralitas yang tinggi.

      Ironisnya, saat ini kita sering melihat bahwa individu dengan pendidikan tinggi justru menunjukkan perilaku yang bertolak belakang dengan nilai-nilai keilmuan yang mereka pelajari. Oleh karena itu, peran guru di sekolah menjadi sangat vital. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter peserta didiknya, terutama melalui kegiatan pembelajaran. Guru dapat mentransfer nilai-nilai karakter kepada siswa, menjadikannya bagian integral dari proses pendidikan yang membentuk tidak hanya kecerdasan, tetapi juga moral dan perilaku yang baik.

      Hal ini perlu mendapat perhatian serius, mengingat siswa SD merupakan generasi penerus bangsa yang akan menentukan arah masa depan negara. Salah satu langkah yang dapat diambil untuk mewujudkan hal ini adalah dengan memperbaiki perangkat pembelajaran, terutama buku teks pegangan siswa. Buku teks yang dimaksud, seperti buku kumpulan "Dongeng dan Cerita Rakyat," memegang peranan penting karena memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun