Mohon tunggu...
Raihan Hidayatullah
Raihan Hidayatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ada tiga hal yang membuat hidup kita bahagia yaitu Bersabar, Bersyukur dan Ikhlas

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Keteladanan Sultan Muhammad Al-Fatih Bagi Pemuda Era Sekarang

1 Januari 2025   22:38 Diperbarui: 1 Januari 2025   22:36 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Meta Ai

Sejarah Islam mencatat Muhammad Al-Fatih sebagai salah satu pemuda yang telah menorehkan prestasi besar. Di usianya yang belum genap 23 tahun, ia berhasil menaklukkan Konstantinopel, sebuah kota yang selama berabad-abad menjadi simbol kekuatan Kekaisaran Bizantium. Prestasi ini bukanlah hasil dari keberuntungan semata, melainkan buah dari persiapan matang, visi besar, dan keyakinan yang kokoh. Kisahnya menjadi cerminan nyata bagaimana seorang pemuda mampu membawa perubahan besar dalam sejarah peradaban, dan relevansinya tetap terasa hingga saat ini.  

Salah satu keistimewaan Muhammad Al-Fatih adalah visi besar yang tertanam kuat dalam dirinya. Sejak kecil, ia dibimbing oleh ulama besar seperti Syaikh Aaq Syamsuddin, yang menanamkan keyakinan bahwa dialah pemimpin yang disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW: "Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya." (HR. Ahmad). Keyakinan ini menjadi pendorong utama bagi Muhammad Al-Fatih untuk mempersiapkan diri secara maksimal, baik dari segi ilmu agama maupun ilmu dunia. Dalam setiap langkah hidupnya, ia selalu mengarahkan dirinya untuk mewujudkan visi tersebut.  

Namun, keberhasilan Muhammad Al-Fatih tidak hanya didasarkan pada visi besar, tetapi juga keseimbangan antara ilmu dan iman. Ia dikenal sebagai seorang yang cerdas, menguasai berbagai disiplin ilmu seperti strategi militer, geografi, dan matematika. Di sisi lain, ia adalah sosok yang sangat taat beribadah, senantiasa menjaga salat malam, dan menjadikan Allah sebagai sandaran utama dalam setiap keputusan. Hal ini menjadi pelajaran penting bagi pemuda zaman sekarang yang sering kali terjebak pada ekstremitas: mengejar ilmu duniawi tanpa peduli pada nilai-nilai agama, atau sebaliknya, meninggalkan dunia dengan alasan mengejar akhirat. Muhammad Al-Fatih menunjukkan bahwa ilmu dan iman harus berjalan beriringan untuk menciptakan pribadi yang seimbang.  

Keteladanan lain yang dapat diambil dari Muhammad Al-Fatih adalah keberaniannya dalam menghadapi tantangan. Penaklukan Konstantinopel bukanlah tugas mudah. Selama bertahun-tahun, ia menghadapi rintangan besar, mulai dari benteng yang sangat kokoh hingga pasukan lawan yang kuat. Namun, ia tidak pernah menyerah. Ia terus berinovasi, salah satunya dengan memindahkan kapal melalui daratan strategi yang di luar dugaan musuh. Kegigihannya membuktikan bahwa tantangan seberat apa pun dapat diatasi dengan tekad yang kuat dan strategi yang matang.  

Keberhasilan Muhammad Al-Fatih juga didukung oleh sifatnya yang adil dan rendah hati. Setelah berhasil menaklukkan Konstantinopel, ia tidak menggunakan kekuasaannya untuk menindas, tetapi memberikan kebebasan beragama kepada penduduk kota tersebut. Ia menjaga kehormatan mereka, bahkan menjadikan Konstantinopel sebagai pusat peradaban Islam yang penuh toleransi. Sifat kepemimpinan yang mulia ini menjadi cermin bagi pemuda masa kini, bahwa seorang pemimpin tidak diukur dari seberapa besar kekuasaannya, melainkan dari seberapa besar keadilan dan manfaat yang ia berikan kepada orang lain.  

Di era modern ini, relevansi kisah Muhammad Al-Fatih sangat terasa. Pemuda zaman sekarang dihadapkan pada tantangan yang berbeda, seperti tekanan sosial, perkembangan teknologi, dan godaan budaya konsumtif. Namun, semangat Al-Fatih mengajarkan bahwa semua tantangan itu dapat dihadapi jika seorang pemuda memiliki visi yang jelas, mengedepankan iman, dan berani mengambil langkah besar. Dunia saat ini membutuhkan pemuda-pemuda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki integritas dan keberanian untuk membawa perubahan positif.  

Kisah Muhammad Al-Fatih adalah bukti bahwa usia muda bukanlah halangan untuk meraih prestasi besar. Dengan visi, ilmu, iman, keberanian, dan keadilan, ia telah mengubah sejarah dunia. Pemuda zaman sekarang memiliki peluang yang sama untuk menciptakan perubahan, asalkan mereka mau belajar dari keteladanan Muhammad Al-Fatih dan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai dasar dalam setiap langkahnya. Seperti yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, "Jika ingin melihat masa depan suatu bangsa, lihatlah pemudanya hari ini."

Maka, saatnya pemuda zaman sekarang bangkit dan mengambil inspirasi dari kisah Muhammad Al-Fatih. Dengan semangat dan tekad yang kuat, mereka tidak hanya bisa menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi juga membangun peradaban yang lebih mulia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun