Mohon tunggu...
Muhammad Raihan Fadhilah
Muhammad Raihan Fadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik

An undergraduate political science student with an interest in international political issues, currently serving as a staff of the sports department on the student executive board, and an audio editor of a different 6+ podcasts channel.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nasionalisme, Ujaran Kebencian dan Hoaks

4 November 2022   15:40 Diperbarui: 4 November 2022   15:41 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada era saat ini, internet sangat melekat dengan kehidupan manusia, terutama di Indonesia. Seakan internet tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia itu sendiri. Internet merupakan produk dari perkembangan teknologi global, yang mana dengan adanya internet, kehidupan manusia semakin terbantukan. Terbantunya kehidupan manusia ini bisa dilihat dari beberapa segi, yaitu misalnya dari segi ekonomi, segi sosial, dan bahkan dari segi politik.  Internet mengaburkan batas- batas geografis (Zainal & Megasari, 2019). 

Dari segi politik, internet membuka jalur komunikasi politik yang baru. Dimana dengan adanya internet kita sebagai masyarakat dapat mengakses berbagai informasi dengan sangat mudah dan mendistribusikan pemikiran-pemikiran kita secara massif. Internet juga membuka kesempatan semua penggunanya untuk berkumpul serta berkomunikasi melampaui zona waktu(Zainal & Megasari, 2019).

Internet yang melahirkan dimensi baru yaitu cyber politik juga memiliki dampak buruk bagi sebuah negara dan juga masyarakatnya. Tersebarnya hoax dan juga ujaran kebencian menjadikan masalah ini terlihat mengancam. Ujaran kebencian melalui media sosial sudah marak terjadi di Indonesia. 

Menurut data Crimson Hexagon yang dimuat di laman berita suara.com menyebutkan bahwa ada sebanyak 70.000 ujaran kebencian terunggah setiap hari di media sosial Indonesia. Terhitung dari 2017 hingga 2019, ada peningkatan ujaran kebencian sebanyak 5 kali lipat setiap dua tahun. 

Dari data tersebut dapat dilihat begitu maraknya ujaran kebencian yang diproduksi oleh pengguna media sosial. Ujaran kebencian di produksi akibat beberapa faktor tentunya, salah satunya adalah faktor politik. 

Adanya momen-momen politik seperti pilpres 2014 dan 2019 yang lalu terbukti membuat produksi ujaran-ujaran kebencian meningkat. Fenomena hoax dan ujaran kebencian ini dapat menimbulkan perpecahan skala nasional yang dapat mengancam kedaulatan NKRI.

Paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri atau yang sering kita dengar sebagai nasionalisme, sudah seharusnya ditanamkan oleh seluruh masyarakat sebagai penghalang dari terpecah belahnya bangsa. 

Dengan adanya rasa Nasionalisme yang menjadi senjata yang menjaga kestabilan keamanan negara, bentuk dari implementasi nasionalisme ada banyak antara lain menggunakan produk lokal, menjaga persatuan, menjadi warga negara yang baik dan masih banyak lagi. akan tetapi musuh-musuh terbesar dari nasionalisme seperti hoaks dan ujaran kebencian masih saja berkeliaran di era digital indonesia. Maka dari itu pentingnya membekali diri dengan literasi digital di era teknologi ini untuk melawan atau menyaring informasi yang disajikan oleh media massa.

Menurut (Dewan Pers, 2013, #) Dalam literatur pendidikan tentang media atau literasi media, "pers berkualitas" dan "masyarakat cerdas" selalu menjadi kata-kata kunci. Jika menginginkan pers tumbuh profesional, ajarilah masyarakat untuk cerdas dalam memahami, memilih dan memilah pers. Masyarakat sebaiknya hanya mengkonsumsi pers berkualitas. 

Melalui kiat seperti itu, dengan sendirinya pers atau media yang tidak berkualitas akan mati, karena tidak ada yang membaca apalagi membeli, mendengar atau menonton. Yang kita butuhkan adalah pers yang berkualitas, pers yang dapat menumbuhkembangkan daya akal sehat masyarakat. Hanya dengan begitu, kecerdasan masyarakat dalam segala bidang---politik, budaya, ekonomi, dan sosial---akan terbentuk. 

Pers berkualitas tidak sekedar bermakna pers yang mampu menghadirkan konten-konten berita atau informasi yang berkualitas kepada masyarakat. Ia harus dapat bertahan dari persaingan bisnis yang sehat dan siap menghadapi perkembangan pesat teknologi komunikasi. Pers semacam itu hampir ada di setiap provinsi di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun