Mohon tunggu...
Raihan DzakyFerdiansyah
Raihan DzakyFerdiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

hobi saya sebenarnya adalah olahraga tetapi saya ingin keluar dari zona nyaman saya yaitu ingin mulai menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Feminisme Tidak Relevan, Benarkah?

15 September 2023   02:08 Diperbarui: 15 September 2023   02:14 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Feminisme merupakan sebuah paradigma, suatu pemahaman komprehensif mengenai keadilan berbasis gender yang berarti alat analisis feminisme akan menyangkut posisi perempuan dan hak-hak mereka sebagai warga negara. Perjuangan feminis ini dicirikan dengan perjuangan kesetaraan hukum perempuan, khususnya terkait masalah hak pilih, Pendidikan, kondisi kerja yang baik, serta penghapusan standar antar gender.

Padahal pada masa revolusi industry feminis ini muncul karena ditunggangi oleh kaum kapitalis yang menginginkan kaum wanita agar dapat dipekerjakan sama layaknya kaum pria. Oleh karena hal tersebut kaum wanita terpantik untuk menggemborkan feminis agar mereka juga bisa bekerja dan memiliki penghasilan layaknya pria. Akan tetapi semakin berjalannya waktu isu feminisme ini semakin melebar dan semakin tidak masuk akal. Karena kaum wanita seolah hanya meminta hak-hak yang menguntungkan untuk mereka dan hak serta kewajiban yang merugikan mereka langsung ditinggalkan. Seolah pula kodratnya sebagai wanita yang membutuhkan pria, bisa melahirkan, bisa menyusui, mengurus rumah tangga, dll seakan sirna.

Bung Karno sang pecinta Wanita pun hadir membawa gagasannya berjudul Sarinah, isi dari gagasan tersebut yakni mengenai perjuangan wanita, penyetaraan hak wanita dengan pria, akan tetapi dibalut dengan perspektif agama dan perspektif beliau sendiri. Bung Karno adalah pendukung kuat kesetaraan gender. Dia meyakini bahwa wanita memiliki hak yang sama dengan pria dalam segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan peran dalam masyarakat. Pandangannya ini tercermin dalam pidatonya dan konstitusi Indonesia yang pertama.

Gagasan Sarinah ini muncul dari sosok wanita yang mengasuh Bung Karno sedari beliau masih kecil, yang mengajari beliau tentang bagaimana cara memperlakukan orang kecil dan memperlakukan wanita dengan baik. Dalam gagasan beliau ini berisi "Sarinah" ini mencerminkan perempuan Indonesia kebanyakan yang masih mengalami pembelengguan oleh struktur sosial patriarki lama dan bentuk-bentuk eksploitasi.

Meskipun mendukung kesetaraan gender, Bung Karno juga menghargai peran tradisional wanita dalam keluarga. Dia menganggap bahwa wanita memiliki peran yang penting sebagai ibu dan pengasuh anak-anak, sambil tetap memberikan mereka kesempatan untuk berkontribusi pada masyarakat dan ekonomi. 

Jadi seolah dengan gagasan Bung Karno tersebut, beliau sudah memprediksi adanya carut marut mengenai kesetaraan gender pada zaman sekarang ini, dan menggaris bawahi mengenai perjuangan wanita ini tidak boleh keluar konteks kearah kesewenang-wenangan wanita yang hanya meminta haknya saja yang dicukupi, akan tetapi kewajiban atau kodratnya dibuang begitu saja. Padahal saya yakin bahwa konstitusi di semua negara pun sebenarnya kurang lebih sudah terlalu banyak mengatur mengenai kaum wanita ini, dan seolah-olah kaum pria disisihkan pada aturan konstitusi tersebut. 

APAKAH ITU YANG DINAMAKAN KESETARAAN atau KEADILAN TERSEBUT? APAKAH KAUM WANITA MASIH TIDAK MERASA PUAS ATAS DISKRIMINASI DIDALAM KONSTITUSI TERSEBUT?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun