Mohon tunggu...
Raihandhika Briliantana
Raihandhika Briliantana Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Hello There

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Toko Komik Lokal yang Masih Bertahan

12 April 2021   21:41 Diperbarui: 12 April 2021   21:46 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masa keemasan komik Indonesia terjadi pada tahun 1960 - 1970. Cerita komik yang diangkat biasanya mengangkat cerita bertema wayang. Komikus yang terkenal pada masanya adalah R.A Kosasih, Ganesh T.H,  Hasmi, Jan Mintaraga, Wid N.S, dan lain -- lain. Cerita yang terkenal pada masa itu adalah Sri Asih, Si Buta dari Gua Hantu, Panji Tengkorak, Mahabharata, Gundala Putra Petir, dan lain -- lain.

Seiring berjalannya waktu, banyak komik dari luar negeri terutama jepang masuk ke Indonesia. Hal ini lantas secara tidak langsung membuat industri dan pasar komik cetak Indonesia menjadi kurang peminat, industri komik lokal menjadi sukar untuk bertahan karena minimnya pembaca komik terutama komik lokal.  

Hal ini yang dirasakan oleh ibu Erlina selaku pemilik toko buku komik wayang Maranatha. Toko buku komik ini dibangun oleh suami dari ibu Erlina pada tahun 1960an dan masih bertahan hingga sekarang karena kecintaan ibu Erlina terhadap komik. Toko buku ini terletak di Jalan Inggit Garnasih No 148-150a kota Bandung. Toko buku ini menjual komik cetak lokal, khususnya komik wayang.

Ibu Erlina menuturkan bahwa jika peminat komik terutama komik lokal mengalami penurunan cukup drastis jika dibandingkan pada masa keemasannya pada tahun 1960 - 1970, komik merupakan media hiburan terutama bagi anak -- anak, karena pada masa itu  jenis hiburan masih sedikit, hanya ada televisi hitam putih saja.  

Berbeda dengan saat ini, pembeli komik hanyalah kalangan tertentu saja terutama orang dewasa yang ingin bernostalgia dan juga kolektor. Kebanyakan pembeli dari toko buku ini merupakan orang yang tinggal di pulau Jawa dan Bali Komik yang biasanya terjual juga kebanyakan komik terbitan lama, komik yang baru rilis cukup minim peminat.

 "Komik yang biasanya dibeli adalah komik terbitan lama, komik terbitan baru jarang ada yang mau beli, kebanyakan orang dewasa yang ingin bernostalgia sama yang  ingin  koleksi." Ungkap ibu Erlina.

Selain faktor perkembangan zaman, kehadiran komik dari luar negeri juga menjadi faktor utama dalam turunnya peminat komik lokal. Sekarang, masyarakat lebih menyukai komik dari luar negeri terutama komik dari Jepang ketimbang komik lokal.  

Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kevakuman industri komik di Indonesia sehingga agak tertinggal dengan negara lain yang industri komiknya secara konsisten menerbitkan komik baru sehinnga bisa seperti saat ini. Selain terhadap industri komik, hal ini juga sangat berdampak ke ramah pasar komik. 

Ibu Erlina menuturkan jika pada saat komik dari Jepang datang ke Indonesia, pembeli di toko ini turun secara signifikan dan beralih ke komik dari Jepang atau yang lebih dikenal dengan sebutan manga. Ibu Erlina berharap jika komik lokal cetak bisa memiliki banyak penggemar lagi, karena komik lokal memiliki potensi yang cukup baik terutama dari cerita -- cerita komik tersebut yang banyak memiliki pesan dan juga makna yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun