Di era digital saat ini, industri dan pasar komik masih bisa bertahan dari gempuran platform digital yang tentunya lebih modern dan juga praktis. Eksistensi komikus, studio komik, penjual komik, dan juga kolektor komik di  Indonesia maupun dunia masih terlihat walau tidak se booming seperti dahulu yang bahkan menjadi ikon budaya populer.
Pada masa keemasannya, komik sangat disukai oleh semua kalangan terutama anak muda, dan menjadi sebuah  ledakan budaya pada saat itu. Komik yang paling terkenal pada saat itu adalah Action Comics #1 yang dirilis pada tahun 1938 dan juga Detective Comics #27 yang dirilis pada tahun 1939. Beberapa tahun kemudian, komik diadaptasi untuk pertama kalinya menjadi tayangan serial televisi, yaitu "The Adventures of Superman" yang tayang  pada tahun 1952 -- 1958.
Dengan banyaknya  penggemar komik yang begitu banyak, seorang penggemar komik yang bernama Shel Dorf menginisiasi sebuah acara konvensi buku komik pertama yang bernama Detroit Triple Fan Fair yang dilaksanakan di Detroit, Michigan Pada tahun  1965. Lalu, 5 tahun kemudian, Dorf bersama rekan -- rekannya membuat acara konvensi yang lebih besar yaitu "Golden State Comic Book Mini-con". Yang dilaksanakan satu hari pada tanggal 21 maret 1970. Acara konvensi ini menjadi cikal bakal acara konvensi budaya populer saat ini yaitu San Diego Comic -- Con.
Pada saat ini tren komik fisik mengalami penurunan yang cukup drastis dan beralih ke produk digital. Fenomena ini terjadi dikarenakan produk digital lebih unggul dari segi efektivitas dan efisiensi dalam waktu. Selain itu, harga yang lebih murah dan aksesnya yang jauh lebih mudah menjadi point tambahan. Â Hal ini membuat banyaknya industri komik yang membuat versi digital dari komik fisiknya agar bisa mengikuti dan relevan zaman walau hal tersebut rentan terkena pembajakan.
Walau mengalami penurunan, industri dan pasar komik masih bisa terlihat dan juga bertahan.  Hal ini bisa terjadi karena masih adanya komunitas pembaca dan kolektor komik yang secara tidak langsung membantu  industri dan pasar komik untuk bisa bertahan. Komik juga memiliki pasar tersendiri yang membuatnya menjadi barang yang cukup eksklusif dan bisa saja menjadi lahan untuk berinvestasi.
Banyak komik yang diadaptasi menjadi animasi dan juga film yang juga menjadi bagian dari budaya populer pada saat ini. Film dan animasi bisa sangat bermanfaat dan membantu eksistensi studio komik agar tetap ada. Hal ini bisa terjadi dikarenakan target pasar film dan animasi lebih luas daripada komik yang target pasarnya cukup spesifik dan hanya kalangan tertentu saja. Film dan animasi dapat membantu industri komik agar mendapatkan ekposur dan juga keuntungan dari lisensi yang dijual.
Selain itu, Acara konvensi budaya populer seperti Comic- Con sangat berpengaruh terhadap industri komik agar tetap bertahan. Karena bisa menjadi ajang promosi yang baik untuk industri dan pasar komik. Acara konvensi ini bisa menjadi wadah untuk berkumpul antara pecinta komik dan juga kreator komik sehingga bisa membangun ekosistem industri dan pasar komik yang baik sehingga eksistensi komik tetap terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H