Mohon tunggu...
Raihan Danar Irvansyah
Raihan Danar Irvansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan 2022 Universitas Negeri Semarang

topik konten favorit olahraga dan perekonomian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perekonomian Indonesia dalam 5 Tahun Terakhir: Kemajuan yang Stagnan dan Tantangan Multidimensi

23 Maret 2024   17:30 Diperbarui: 23 Maret 2024   17:34 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia, raksasa ekonomi di Asia Tenggara, telah melalui fase perekonomian yang dinamis dalam 5 tahun terakhir. Di tengah gejolak ekonomi global dan disrupsi teknologi, Indonesia berusaha menavigasi perekonomiannya untuk mencapai pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Namun, meskipun terdapat kemajuan dalam beberapa aspek, pertumbuhan ekonomi nasional cenderung stagnan dan dihadapkan pada tantangan multidimensi yang memerlukan penanganan komprehensif.

Pertama, kita patut memberikan apresiasi pada pencapaian Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi makro yang relatif baik. Laju inflasi berhasil dikendalikan pada kisaran 2-4% setiap tahunnya, sementara defisit anggaran pemerintah dikelola dengan disiplin di bawah 3% dari PDB. Cadangan devisa juga terus meningkat, memberikan pijakan yang lebih kokoh bagi ketahanan ekonomi nasional. Meskipun demikian, stabilitas makro saja tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas.

Salah satu kelemahan utama perekonomian Indonesia dalam 5 tahun terakhir adalah stagnansi pertumbuhan ekonomi yang hanya berkisar 5% per tahun. Angka ini jauh di bawah potensi sebenarnya mengingat Indonesia memiliki pasar domestik yang besar dengan kelas menengah yang terus berkembang. Realitas ini mengindikasikan adanya kendala struktural yang menghambat perekonomian Indonesia untuk tumbuh lebih cepat.

Kendala struktural tersebut mencakup masalah investasi yang belum optimal, baik dari sumber domestik maupun asing. Meskipun pemerintah telah melakukan reformasi regulasi untuk memperbaiki iklim investasi, implementasi di lapangan masih belum efektif. Birokrasi yang panjang, infrastruktur yang kurang memadai, dan masalah keamanan berinvestasi masih menjadi penghambat utama. Tanpa investasi yang kuat, penciptaan lapangan kerja dan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi akan terbatas.

Selain itu, disparitas pembangunan antardaerah masih menjadi masalah akut yang perlu diselesaikan. Kawasan Barat Indonesia jauh lebih maju dibandingkan Kawasan Timur dalam hal infrastruktur dasar seperti jalan, pelabuhan, dan listrik. Kesenjangan ini tidak hanya menghambat pemerataan pembangunan, tetapi juga memperlambat integrasi ekonomi nasional yang efisien. Solusi untuk mengatasi ketimpangan ini membutuhkan komitmen jangka panjang dari pemerintah pusat dan daerah, serta dukungan swasta.

Lebih lanjut, kualitas sumber daya manusia (SDM) masih menjadi persoalan krusial yang harus ditangani. Produktivitas tenaga kerja Indonesia tertinggal jauh dibandingkan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Rendahnya kualitas pendidikan dan minimnya pelatihan vokasi menjadi akar permasalahan yang mengakibatkan kesenjangan keterampilan (skill gap) antara lulusan dengan kebutuhan dunia kerja. Tanpa peningkatan kualitas SDM yang signifikan, daya saing ekonomi Indonesia akan terus terhambat.

Dalam konteks persaingan global, Indonesia juga menghadapi tantangan untuk memperkuat daya saing ekspornya. Sebagian besar ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas primer dengan nilai tambah rendah seperti minyak sawit mentah, batu bara, dan produk pertambangan lainnya. Diversifikasi produk ekspor dan hilirisasi industri menjadi keharusan agar Indonesia tidak terjebak dalam lingkaran setan ekonomi hewani (agen of primary commodity trap).

Terakhir, Indonesia perlu memperkuat ketahanan ekonominya menghadapi gejolak ekonomi global dan disrupsi teknologi yang semakin masif. Pandemi COVID-19 telah menunjukkan betapa rentan perekonomian Indonesia terhadap guncangan eksternal. Kebijakan proteksionisme dan perang dagang juga dapat berdampak signifikan pada kinerja ekspor Indonesia. Di sisi lain, revolusi industri 4.0 membawa disrupsi yang masif pada banyak sektor ekonomi tradisional. Tanpa strategi dan langkah antisipatif yang tepat, Indonesia berisiko tertinggal dalam persaingan ekonomi global.

Secara keseluruhan, meskipun terdapat kemajuan dalam beberapa aspek, perekonomian Indonesia dalam 5 tahun terakhir masih belum mencapai titik optimalnya. Pertumbuhan ekonomi yang stagnan dan tantangan multidimensi yang dihadapi menuntut respons komprehensif dari seluruh pemangku kepentingan. Kepemimpinan yang visioner, kebijakan yang tepat sasaran, dan implementasi yang konsisten dari pemerintah menjadi kunci penentu untuk membawa perekonomian Indonesia memasuki fase pertumbuhan yang lebih dinamis dan inklusif dalam 5-10 tahun mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun