Mohon tunggu...
raihananursafitri
raihananursafitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan

Saya Raihana Nur Safitri mahasiswa semester lima program studi Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang, saya aktif di beberapa kegiatan organisasi kemahasiswaan. Berpengalaman dalam manajemen media, koordinasi tim, dan pengembangan strategi komunikasi. Saya memiliki keahlian skill editing, recording, dan public speaking. Serta mengikuti Pengembangan strategi pariwisata dan inovasi kebijakan publik

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Di Balik Tangan Tak Terlihat : Kelemahan Teori Ekonomi Adam Smith yang Perlu Diketahui.

16 Desember 2024   18:21 Diperbarui: 16 Desember 2024   18:21 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Teori Adam Smith, yang dikenal dengan pembagian kerja dan konsep "tangan tak terlihat", sering dikritik karena mengabaikan peran penting pemerintah dalam ekonomi. Meskipun Smith berpendapat bahwa pemerintah harus menghindari intervensi dalam pasar, banyak ekonom kontemporer berpendapat bahwa pemerintah memiliki tugas untuk mengatur pasar dan menyediakan barang publik. Pasar dapat mengalami kegagalan seperti monopoli dan ketimpangan sosial yang semakin meningkat jika tidak ada intervensi pemerintah. Selain itu, efek buruk kapitalisme yang tidak dijelaskan dalam teorinya juga menjadi subjek kritik.

Asumsi bahwa persaingan sempurna tidak pernah benar-benar ada dalam dunia nyata merupakan kritik lain terhadap teori Smith. Dalam kenyataannya, banyak pasar memiliki hambatan seperti monopoli atau oligopoli yang dapat membahayakan konsumen. Selain itu, pembagian kerja yang berlebihan dapat menyebabkan pekerja merasa terasing dari hasil kerja mereka sendiri. Ini terjadi ketika karyawan hanya melakukan tugas rutin. Ini menunjukkan bahwa teori Smith tidak sempurna dalam menjelaskan dinamika sosial-ekonomi kontemporer, meskipun ia memberikan dasar untuk pertumbuhan ekonomi.

Teori Adam Smith dikritik karena dia terlalu optimis tentang sifat manusia dalam konteks ekonomi. Smith berpendapat bahwa manusia secara otomatis menciptakan keseimbangan yang menguntungkan masyarakat karena mereka selalu bertindak dengan cara yang rasional. Tetapi kenyataannya adalah bahwa tindakan ekonomi manusia jauh lebih kompleks dan tidak selalu logis. Orang-orang sering dipengaruhi oleh emosi, bias kognitif, dan pertimbangan jangka pendek, yang dapat mengganggu mekanisme pasar yang ideal. Teori "tangan tak terlihat" tidak memperhitungkan semua kompleksitas psikologi ekonomi dan kekurangan rasionalitas individu dalam pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu, aspek keadilan sosial dan etika dalam sistem ekonomi tidak diperhitungkan dalam gagasan Smith. Kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan ketidaksetaraan sosial tidak dapat diatasi dengan berfokus pada akumulasi kekayaan dan mekanisme pasar bebas. Salah satu kecenderungan sistem kapitalis yang dipromosikan Smith adalah bahwa segelintir orang memiliki kekuasaan ekonomi, yang pada gilirannya dapat melemahkan mekanisme kompetisi yang dia percaya akan menghasilkan keseimbangan. Akibatnya, pasar bebas tanpa aturan dapat menyebabkan lingkaran kemiskinan dan eksploitasi di mana orang-orang yang memiliki banyak uang dan kekuasaan terus menghasilkan keuntungan pada biaya orang-orang yang kurang beruntung secara ekonomi.

Teori ekonomi Adam Smith, mengemukakan bahwa individu yang mengejar kepentingan pribadi mereka secara otomatis akan memajukan kesejahteraan masyarakat. Kritik terhadap teori ini mencakup pandangan bahwa tidak semua individu memiliki akses yang sama terhadap sumber daya dan kesempatan. Dalam praktiknya, ketimpangan ekonomi dapat muncul, di mana segelintir orang mengumpulkan kekayaan yang signifikan, sementara yang lain tetap terpinggirkan. Ini menunjukkan bahwa pasar bebas, tanpa intervensi, dapat memperburuk ketidakadilan sosial. Selain itu, Smith mengabaikan peran penting dari faktor-faktor non-ekonomi dalam mempengaruhi perilaku manusia dan keputusan ekonomi. Aspek seperti budaya, politik, dan lingkungan sosial dapat sangat memengaruhi bagaimana individu bertindak di pasar. Dengan mengedepankan rasionalitas individu sebagai pendorong utama, teori Smith cenderung meremehkan kompleksitas interaksi sosial yang sering kali mengarah pada hasil yang tidak diinginkan, seperti krisis ekonomi atau kerusakan lingkungan.

Teori Adam Smith tentang "tangan tak terlihat" sering dianggap idealis, karena mengasumsikan bahwa individu yang berusaha untuk mencapai keuntungan pribadi akan secara otomatis menghasilkan manfaat bagi masyarakat. Namun, dalam praktiknya, realitas menunjukkan bahwa pasar dapat gagal, terutama dalam hal penyediaan barang publik dan penanganan eksternalitas negatif. Misalnya, polusi yang dihasilkan oleh perusahaan tidak selalu diperhitungkan dalam biaya produksi, sehingga masyarakat harus menanggung beban tersebut tanpa kompensasi. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme pasar tidak selalu mampu mencapai hasil yang efisien atau adil tanpa intervensi pemerintah. Selain itu, pendekatan Smith cenderung mengabaikan peran institusi dalam memfasilitasi atau menghambat pertumbuhan ekonomi. Institusi yang kuat, seperti hukum yang adil dan transparansi dalam berbisnis, sangat penting untuk menciptakan lingkungan pasar yang sehat. Tanpa adanya regulasi yang memadai, pasar bebas dapat dengan mudah disusupi oleh praktik monopoli, penipuan, dan eksploitasi, yang pada akhirnya merugikan konsumen dan merusak kepercayaan terhadap sistem ekonomi. Ini menunjukkan bahwa teori Smith perlu diperluas untuk mempertimbangkan dinamika kekuasaan dan institusi dalam ekonomi.

Salah satu kritik utama terhadap teori Adam Smith adalah bahwa ia terlalu mengandalkan pasar bebas tanpa mempertimbangkan perlunya regulasi yang tepat. Smith berargumen bahwa pasar secara alami akan menyeimbangkan diri melalui mekanisme penawaran dan permintaan. Namun, dalam kenyataannya, pasar sering kali mengalami kegagalan, seperti monopoli dan oligopoli, di mana beberapa perusahaan mendominasi pasar dan mengatur harga secara tidak adil. Ini dapat mengakibatkan konsumen membayar lebih untuk barang dan jasa, serta mengurangi insentif untuk inovasi dan peningkatan kualitas. Tanpa regulasi yang ketat, pasar tidak selalu menciptakan hasil yang optimal. Teori Smith kurang memperhatikan dampak sosial dari aktivitas ekonomi. Dalam usahanya untuk menekankan efisiensi dan pertumbuhan, ia cenderung mengabaikan isu-isu seperti ketidaksetaraan pendapatan dan kesejahteraan sosial. Ketika individu berfokus pada keuntungan pribadi, mereka mungkin mengabaikan tanggung jawab sosial mereka. Ini dapat menyebabkan kerugian bagi kelompok masyarakat yang lebih rentan, menciptakan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Oleh karena itu, meskipun pertumbuhan ekonomi mungkin meningkat, kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan dapat terancam.

Kritik lain yang sering diajukan adalah bahwa pandangan Smith tentang perilaku manusia terlalu sederhana. Ia mengasumsikan bahwa individu bertindak dengan cara yang rasional dan terinformasi, tetapi dalam kenyataannya, perilaku manusia dipengaruhi oleh emosi, bias kognitif, dan faktor sosial. Misalnya, keputusan investasi sering kali dipengaruhi oleh ketakutan dan keserakahan, bukan hanya oleh analisis rasional. Dengan demikian, pendekatan Smith dapat dianggap tidak memadai dalam menjelaskan dinamika perilaku ekonomi yang kompleks dan tidak selalu rasional.

Terakhir, teori Smith tidak cukup memperhatikan dampak lingkungan dari aktivitas ekonomi. Dalam konteks modern, masalah seperti perubahan iklim, deforestasi, dan pencemaran lingkungan menjadi semakin mendesak. Smith tidak mempertimbangkan bahwa pencarian keuntungan jangka pendek dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan yang serius, yang pada akhirnya merugikan masyarakat dan ekonomi dalam jangka panjang. Tanpa pengaturan dan kebijakan yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan, prinsip-prinsip ekonomi yang diajukan oleh Smith dapat berkontribusi pada krisis global yang lebih besar. Dalam sistem kapitalisme yang diidealkan Smith, eksploitasi sumber daya alam diperlakukan sebagai proses ekonomis tanpa mempertimbangkan batas ekologis. Model ekonominya tidak memperhitungkan biaya eksternal seperti kerusakan lingkungan, polusi, dan pengurangan keanekaragaman hayati. Perusahaan yang hanya fokus pada keuntungan jangka pendek cenderung mengabaikan dampak lingkungan, menciptakan praktik eksploitatif yang merusak sistem ekologi global. Ketiadaan mekanisme akuntabilitas lingkungan dalam teori ekonomi klasik telah membuka ruang bagi aktivitas ekonomi yang tidak berkelanjutan, yang pada akhirnya akan berdampak destruktif terhadap sistem ekonomi itu sendiri dan kesejahteraan generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun