Pada tahun 2006 disebutkan bahwa Indonesia akan senantiasa mempertahankan citra sebagai negara Islam yang moderat. Prinsip Islam diasumsikan sejalan dengan prinsip politik luar negri Indonesia yang bebas aktif dengan berusaha menghindari keberpihakkan dalam menjalin kerjasama dengan negara lain. Indonesia dengan mayoritas penduduknya beragama Islam dan mampu menyelenggarakan pemilihan umum sejak 2004 secara demokratis menunjukkan bahwa Indonesia dapat melakukan kolaborasi antara dua nilai ini.
Selama pemerintahannya, Presiden SBY terlihat sangat mengecam agresi Israel di jalur Gaza sekaligus gencar memberi bantuan kepada Palestina. Selain itu, praktik diplomasi yang dilakukan SBY juga terlihat ketika terjadi kontroversi kartun Nabi Muhammad SAW. yang mengenakan sorban dan bom dalam majalag Jylland posten. Hal ini ditanggapi SBY sebagai Global Intermedia Dialogue pada 1 September 2006 dengan tema "promoting freedom of expression and tolerance" di Bali. Selanjutnya, SBY juga mulai mengkritik pihak Barat melalui artikelnya yang berjudul "Lets Go Beyond Caricatures" pada 12 Februari 2006 dalam majalah International Herald Tribune. Adanya tulisan ini menunjukkan keberpihakkan SBY terhadap Islam.
Dalam pemerintahannya, SBY tidak juga menyudutkan Barat, saat berkunjung ke Universitas Ibnu Saud pada September 2006, SBY mengatakan bahwa umat Islam perlu menjaga harmoni dalam keberagaman dan menghindari aksi konfrontatif. SBY memiliki statement yaitu In Indonesia, Islam, democracy, and modernity go hand in hand effortlessly." (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI