Akhlak adalah kebiasaan, karakter, ekspresi, harga diri, dan keteraturan. Akhlak adalah “haal” atau kondisi jiwa dan bentuknya batiniyah. Apabila jiwa baik maka akhlak pun akan baik. Akhlak merupakan karakter yang proses pembentukannya dengan mendengar, melihat, menirukan (suara, gerak) dan akan diulang secara teratur. Akhlak dibagi dua yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela.
Manusia merupakan puncak ciptaan Allah SWT. Yang memiliki enam komponen pokok, yaitu fisik, intelek, emosi, rohani, kepribadian, dan sosial. Dengan demikian, akhlak manusia terbagi menjadi dua, yaitu akhlak individu dan akhlak sosial.
Pengertian Akhlak Individu dan Akhlak Sosial
Akhlak menurut al-Ghazali adalah keadaan jiwa yang tertanam secara mendalam dan melahirkan tindakan dengan mudah, tanpa membutuhkan pemikiran serta pertimbangan. Sejalan dengan pengertian akhlak menurut al-Ghazali, Ibn maskawaih menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Dengan demikian, akhlak individu adalah sifat yang tertanam pada jiwa atau keadaan jiwa setiap pribadi yang melahirkan sikap dan tindakan individu terhadap Allah SWT.
Sementara itu, akhlak sosial adalah sifat dan keadaan jiwa setiap pribadi yang melahirkan sikap dan tindakan individu tersebut terhadap sesama manusia, alam, dan lingkungan hidup. Jadi perbedaan akhlak individu dan akhlak sosial bukan terletak pada subjeknya, melainkan ada objek akhlak itu sendiri.
Seseorang yang membenarkan tidak ada Illah selain Allah SWT. Dan taat beribadah kepada-Nya memiliki akhlak individu yang baik kepada Allah SWT. Jika orang itu juga memiliki akhlak yang baik kepada sesama manusia, alam, dan lingkungan hidup, ia pun memiliki akhlak sosial yang baik.
Oleh sebab itu, seseorang muslim yang baik senantiasa berusaha dan berdoa agar dirinya termasuk hamba yang saleh seperti doa Nabi Sulaiman alayhissalam, “Masukkanlah aku dengan rahmat-Mu kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Kesalehan atau saleh secara etimologi berasal dari kata salih dalam bahasa arab yang berarti good (baik), right(benar), virtuous (berbudi luhur, menjalani hidup dengan bersih), devout (ketulusan hati), fitting(cocok), dan proper(pantas). Sementara itu, Ibn Manzhur menyebutkan bahwa kata salih secara etimologi berasal dari kata kerja salaha-yasluhu-salah atau al-salah yang berarti orang yang melakukan kebaikan dan perbaikan.
Rojul salih (seorang laki laki saleh) adalah orang yang melakukan kebaikan dan perbaikan dalam keseluruhan perbuatan dan segala urusannya. Dengan demikian, kesalehan berarti kebaikan, ketaatan, ketulusan, dan kesiapan menjalani hidup selaras, serasi, dan seimbang dengan lingkungan dan menjadi pribadi terpuji. Sementara itu dalam islam, kesalehan adalah sebagaimana yang dikatakan oleh al-Zujaj,
قال الزجاج وغيره الصالح القائم بحقوق الله وحقوق عباده، ولفظ الصالح خلاف الفاسد, فإذا أطلق فهو الذي صلح جميع أمره فلم يكن فيه شيئ من الفساد فاستوت سريرته وعلانيته وأقواله وأعماله على ما يرضى ربه
Artinya, Al-Zujaj dan yang lain berkata, “Orang yang saleh adalah orang yang menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak hamba-hamba-Nya dengan sempurna. Kata salih(saleh) merupakan lawan kata rusak atau hancur. Apabila kata salih disandingkan dengan seseorang, akan menggambarkan pribadi yang keseluruhan sisi-sisi kehidupannya tak terdapat cacat sedikit pun. Seorang yang saleh adalah seorang yang dimensi dalam dan luarnya sempurna. Ucapan dan perbuatannya berada pada jalan yang di ridhoi oleh tuhannya.”
Dengan demikian, berdasarkan berdasarkan pendapat al-Zujaj di atas, kesalehan menurut islam adalah ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yang melahirkan kesadaran dan tanggung jawab untuk menunaikan hak dan kewajiban kepada sesama manusia, alam, dan lingkungan hidup yang berdampak pada perdamaian serta perbaikan kualitas kehidupan individu dan masyarakat dalam kehidupan sosial. Sementara itu, orang saleh adalah orang beriman yang pada satu sisi taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, sedangkan pada sisi lain tidak terlihat sisi-sisi kekurangan, baik dimensi lahir maupun dimensi batin dalam petik-petik kehidupan pribadi dan kehidupan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H