Sebagai masyarakat, kita harus menunjukkan simpati etis terhadap perempuan yang menjadi korban kekerasan. Kita perlu mendengarkan suara mereka, menghargai pengalaman mereka, dan berjuang untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung. Ini bukan hanya tanggung jawab perempuan, tetapi juga tanggung jawab kita semua. Kita harus berani menggugat norma-norma yang merugikan dan berusaha untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan setara. Kita tidak boleh lagi membiarkan kekerasan terhadap perempuan menjadi hal yang biasa; sudah saatnya kita bersatu dan menuntut perubahan.
Masyarakat yang inklusif dan berkeadilan
Jika kita akhirnya tau bahwa akar budaya kita sejatinya  feminin, bahwa narasi besar yang diemban oleh negara Republik Indonesia adalah bumi pertiwi, maka sudah sepatutnya kita bersama menjunjung tinggi nilai itu. Dengan rasa kepedulian dan cinta kasih, mengembalikan hak-hak yang ada kepada mereka yang berhak, pada bumi dan pada perempuan.
Dengan mengedepankan nilai-nilai feminis yang telah ada dalam budaya kita, kita dapat membangun masa depan yang lebih inklusif dan aman bagi semua perempuan di Indonesia. Mari kita berkomitmen untuk mengubah narasi dan menciptakan dunia di mana perempuan dihargai, dilindungi, dan diberdayakan. Kejadian-kejadian tragis seperti pembunuhan mahasiswi di Bangkalan dan gadis penjual gorengan di Padang Pariaman harus menjadi pengingat bahwa perjuangan untuk kesetaraan gender dan perlindungan hak-hak perempuan masih jauh dari selesai.
Dengan menghidupkan kembali akar-akar feminis dalam budaya suku-suku adat, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara. Kita harus bersama-sama berjuang untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan membangun masyarakat yang lebih baik untuk generasi mendatang. Kita tidak boleh lagi membiarkan kekerasan terhadap perempuan menjadi hal yang biasa; sudah saatnya kita bersatu dan menuntut perubahan. Untuk merajut kembali akar-akar feminis dalam budaya kita, kita perlu melakukan "recalling" terhadap nilai-nilai yang telah ada. Ini bukan hanya tentang mengingat, tetapi juga menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat harus diajak untuk memahami bahwa kekuatan perempuan dalam budaya adat bukanlah sekadar mitos, tetapi merupakan realitas yang harus dihidupkan kembali. Dengan mengedukasi generasi muda tentang pentingnya peran perempuan dalam sejarah dan budaya kita, kita dapat membangun kesadaran kolektif yang mendorong penghargaan terhadap hak-hak perempuan. Kita perlu menciptakan ruang dialog yang aman dan inklusif, di mana perempuan dapat berbagi pengalaman dan suara mereka didengar.
Melalui pendidikan, seni, dan media, kita dapat menyebarluaskan nilai-nilai feminis yang telah ada dalam budaya kita, sehingga masyarakat dapat melihat perempuan sebagai subjek yang berdaya, bukan objek yang bisa diperlakukan semena-mena. Dengan cara ini, kita tidak hanya merajut kembali akar-akar feminis, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih adil dan setara bagi semua perempuan di Indonesia, dan bagi semua manusia dan bumi yang berhak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H