Mohon tunggu...
Raihan adinata
Raihan adinata Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah

"I Know What I Have to Do But I Don't Know If I Have the Strength To Do It"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bisikan Malam Kota

27 Oktober 2023   10:00 Diperbarui: 30 Oktober 2023   16:28 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dalam benakku, gelap adalah sahabat terbaikku. Ia mengintai dalam setiap sudut pikiranku, seolah ingin mengungkapkan sesuatu yang tak terduga. Aku terhantui oleh kehadiran-kehadiran gelap itu, seolah-olah ada semacam rahasia besar yang tak boleh aku ketahui."

Malam itu, di bawah langit yang berkilauan, dia berjalan sendirian di tengah kota yang ramai. Orang-orang melewatinya tanpa memperhatikannya, tanpa menyadari kegelapan yang terus menghantuinya. Dia merenung, berbicara pada dirinya sendiri, sebagai reaksi terhadap suara-suara aneh yang tak akan didengar oleh orang lain.

Ketika dia melewati sebuah kafe, dia terdistraksi oleh cahaya lampu yang lembut dan merasa ingin masuk. Di dalam, suasana tenang yang kontras dengan keramaian jalanan. Dia membeli sebuah cangkir kopi dan duduk di sudut, merenung dalam-dalam, mencoba mengabaikan suara-suara yang terus meresap ke dalam benaknya.

Seorang pelayan datang menghampirinya dan bertanya, "Ada yang bisa saya bantu?"

Dengan tatapan kosong, dia menjawab, "Dalam benakku, gelap adalah sahabat terbaikku. Ia mengintai dalam setiap sudut pikiranku, seolah ingin mengungkapkan sesuatu yang tak terduga."

Pelayan itu terheran heran namun tetap menjaga senyum sopan. "Apakah Anda ingin melihat menu?"

Namun, dia hanya terus merenung, berbicara dengan dirinya sendiri, merangkai kata-kata yang tak ada artinya bagi yang lain. Pelayan itu langsung pergi dari mejanya, dengan rasa aneh.

Malam berlalu begitu cepat, dan ketika ia akhirnya bangkit untuk pergi, dia memandang pelayan dengan tatapan kosong. "Aku terhantui oleh kehadiran-kehadiran gelap itu, seolah-olah ada semacam rahasia besar yang tak boleh aku ketahui."

Dia meninggalkan kafe, melanjutkan langkah-langkahnya di bawah bintang-bintang yang gemerlap dan pemandangan kota saat malam hari. Jalanan kota sudah mulai sunyi dan hanya ada suara-suara yang ada dalam pikirannya, mengungkapkan misteri yang tak pernah terpecahkan. Kehidupannya adalah sebuah perjalanan ke dalam kegelapan yang tak berujung, dan dia adalah penjelajah yang terkurung dalam dunianya sendiri.

"Aku terhantui oleh kehadiran-kehadiran gelap itu, seolah-olah ada semacam rahasia besar yang tak boleh aku ketahui," bisiknya lagi, seperti mantra yang tak pernah berakhir. Dan dengan itu, dia melanjutkan langkahnya, menghilang dalam malam yang gelap, tak terjangkau oleh dunia luar yang tak pernah bisa memahami perjuangannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun