Menggali eksistensi keberagaman adat istiadat dan budaya di Indonesia memang tidak akan pernah ada habisnya yaa. Dari Sabang sampai Merauke, tiap suku dan daerah memiliki khas dan keunikan nya masing-masing.Â
Terutama upacara kematian dalam suku Batak. Pelaksanaan kematiaannya saja tidak hanya sekedar memandikan, mendoakan dan menguburkan jenazah.Â
Perlakuan keluarga yang ditinggal terhadap jasad, ternyata di bedakan sesuai dengan tingkatan nya loh. Yuk, kita cari tau lebih dalam bagaimana sih adat pemakaman dalam suku Batak.
Dalam upacara kematian, pesta dan suka cita terkesan melekat dalam suku yang satu ini. Nyanyian, tarian dan lantunan musik yang berdendang dapat kita jumpai jika kita melewati atau memiliki kesempatan langsung untuk berlayat ke rumah duka.Â
Mungkin suku lain yang berada diluar dari suku Batak sendiri bakal dibuat heran, apakah mereka menghadiri alamat yang tepat atau malah nyasar di pesta perkawinan?
Nah, dari pengalaman pribadi yang teman saya alami sebagai seorang gadis keturunan Batak, ada beberapa istilah yang dipakai untuk menandakan status dari almarhum seperti Sari Matua dan Saur Matua.Â
Namun, istilah ini hanya khusus dipakai untuk orang yang sudah dewasa saja. Sari Matua adalah dimana jika si almarhum sudah memiliki cucu namun masih meninggalkan anak yang belum menikah, maka di dalam peti posisi tangan akan dilipat di atas perut.Â
Posisi tangan tersebut memiliki makna yang dimana artinya si almarhum masih ada tanggungan atau beban yang ditinggalkannya di dunia.Â
Sementara Saur Matua sendiri yaitu anak-anak sepeninggalan almarhum sudah menikah. Baik sudah memiliki cucu ataupun belum, maka posisi tangan di dalam peti di letakkan disamping badannya.Â
Itu yang bermakna bahwa almarhum telah lepas semua beban atau tanggung jawabnya sebagai orangtua selama dia hidup di dunia.