Mohon tunggu...
Raifatul Maulah
Raifatul Maulah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Semoga bermanfaat🌈

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini

5 April 2021   22:36 Diperbarui: 5 April 2021   22:43 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa merupakan alat untuk berpikir, mengekspresikan diri, serta berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Aspek perkembangan bahasa pada anak mulai berkembang dengan cara menirukan bunyi dan meraban (Syaodih, 2010). Di samping itu, bahasa anak tidak di awali dari kata ke huruf kemudian pengalaman, melainkan dari pengalaman ke huruf kemudian ke kata. Ada tiga aspek dalam bahasa, antara lain yakni:

  1. Tata Bahasa (pembentukan frasa). Tata bahasa merupakan seperangkat aturan yang digunakan dalam melakukan pembagian kalimat ke dalam unit bahasa. Apabila ditinjau dari segi tahap perkembangan bahasa, aspek tata bahasa ini termasuk ke dalam tahap perkembangan sintaksis yang berarti penguasaan tata bahasa, dan termasuk ke dalam perkembangan pragmatic yang berarti sistem untuk menggunakan percakapan yang harus sesuai serta harus mengetahui cara dalam menggunakan bahasa tersebut secara efektif sesuai dengan konteks.
  2. Makna (penggabungan kata-kata dan morfem). Apabila ditinjau dari segi tahap perkembangan bahasa, aspek makna ini termasuk ke dalam tahap perkembangan morfologis dan semantik yang berarti penguasaan dalam pembentukan kata dan arti bahasa. Selain itu, aspek ini juga termasuk ke dalam tahap perkembangan leksikal yang berarti penguasaan dan perluasan kata-kata yang banyak serta pengetahuan tentang arti kata-kata.
  3. Bunyi (memproduksi fonem). Bunyi merupakan simbol-simbol bahasa yang terdiri dari kata dan tulisan. Anak-anak harus memahami terlebih dahulu kata lisan sebelum mereka bisa memahami kalimat tulisan dengan cara belajar membacanya. Tahap pertama dalam menerapkan pemahaman kalimat lisan adalah kemampuan untuk melakukan pemisahan diantara bunyi dasar (fonem bahasa).

Guntur (1988) mengemukakan bahwa tahap perkembangan bahasa pada anak dibagi ke dalam rentang usia sebagai berikut ini:

  1. Tahap pralinguistik (usia 0 sampai 1 tahun)
    • Tahap meraban 1 (pralinguistik pertama). Tahapan ini dimulai dari usia 1 sampai dengan 6 bulan dimana anak melakukan komunikasi dengan cara menangis, tertawa maupun menjerit.
    • Tahap meraban 2 (pralinguistik kedua). Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahap kata tanpa makna atau mengoceh mulai dari usia 6 bulan - 1 tahun.
  2. Tahap linguistik (usia 1 sampai 2 tahun)
    • Tahap 1 - holafrastik (usia 1 tahun). Pada tahapan ini, ditandai dengan perbendaharaan kosa kata anak kurang dari 50 kosa kata. Dalam hal ini, anak mulai dapat mengungkapkan makna kalimat dalam bentuk satu kata secara keseluruhan.
    • Tahap 2 - frasa ( usia 1-2 tahun). Pada tahapan ini, ditandai dengan perbendaharaan kosa kata anak antara 50 sampai 100 kosa kata. Dalam hal ini, anak mulai mampu mengucapkan dua kata.
  3. Tahap pengembangan tata bahasa prasekolah (usia 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun). Pada tahapan ini, anak sudah mampu membuat dan memperpanjang sebuah kata menjadi satu kalimat (yang terdiri dari S-P-O).
  4. Tahap tata bahasa menjelang dewasa (usia 6 sampai 8 tahun). Pada tahapan ini, ditandai dengan adanya kemampuan pada anak dalam menggabungkan kalimat sederhana dan kalimat kompleks.

Pemerolehan bahasa merupakan proses yang sangat aktif dan bersifat kompleks. Tidak ada yang tahu bagaimana proses ketika anak memperoleh bahasa sehingga ia mampu  untuk berbahasa. Namun demikian, anak mampu berbahasa karena mereka secara alamiah mampu bersatu dengan lingkungannya.

  1. Teori Behavioral. Teori Behavioral ini lebih menekankan pada kebiasaan. Menurut B. F. Skinner, pemerolehan bahasa pada anak dirangsang dan dikendalikan oleh lingkungan yang merupakan wujud dari perilaku manusia. Dengan demikian, anak terlahir dengan potensi belajar dan perilaku yang terbentuk dari manipulasi lingkungannya. Ada tiga jenis pembelajaran menurut Teori Behavioral ini, antara lain yakni:
    • Pengkondisian klasik. Pengkondisian klasik ini berkaitan dengan stimulus dan respon. Pendidik harus memberikan stimulus kepada anak agar anak mau melakukan aktivitas yang berhubungan dengan mengembangkan keterampilan berbahasanya.
    • Pengkondisian operan. Pengkondisian operan ini berkaitan dengan kebiasaan melalui pemberian hadiah. Pemberian rewards dengan cara memberikan hadiah kepada anak memang perlu, supaya anak lebih bersemangat dan mau untuk berbahasa.
    • Pembelajaran sosial. Pembelajaran sosial ini berkaitan dengan pengamatan dan peniruan yang dilakukan oleh anak. Anak dapat berbahasa dengan cara menirukan apa yang dilihat dan didengarkan olehnya.
  2. Teori maturasional. Teori maturasional ini lebih menekankan pada kesiapan biologis individu sebab bahasa pada anak berkembang secara bertahap sesuai dengan jadwal dan periodisasi otak yang sejalan dengan perkembangan jaringan syaraf pada otak individu.
  3. Teori preformasionis. Chomsku berpendapat bahwa proses pemerolehan bahasa bersifat unik dan individual serta tidak memerlukan latihan secara eksplisit. Tahap-tahap menurut teori ini dimulai dari mengoceh, holofrase, ujaran telegrafik, kalimat yang sederhana, dan kemudian kalimat yang komplekas.
  4. Teori perkembangan kognitif. Teori ini berasal dari Piaget dan Vygotsky, kemudian dikembangkan oleh Bates (1979), Bates dan Synder (1985), serta Mc Namara (1972). Menurut mereka cara belajar berbahasa seseorang dihasilkan dari proses mereka dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Teori ini memiliki asumsi bahwasannya bahasa anak dikendalikan oleh nalar (pikiran).
  5. Teori psikososiolinguistik. Dalam berbahasa, teori ini lebih menekankan pada interaksi  aktivitas sosial dengan interaksi aktivitas intelektual. Interaksi sosial tersebut sebagai pemberi motivasi untuk anak belajar berbahasa sehingga anak akan mampu dan lancar dalam berbahasa, sebab telah terjadi interaksi sosial secara nyata.

Oleh karena itu, pengenalan bahasa sejak anak masih berusia dini sangatlah penting dan dibutuhkan agar anak memiliki keterampilan bahasa yang baik. Sebab jika terlambat, maka kemampuan berbicara anak dikemudian hari akan terganggu dan juga dapat mempengaruhi hubungan sosial dan pribadi si anak, atau bahkan akan terjadi adanya resiko ketidakmampuan anak dalam menggunakan tata bahasa yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun