Mohon tunggu...
dade samsul rais
dade samsul rais Mohon Tunggu... Konsultan - Mantan jurnalis, sekarang bergerak di bidang konsultan media

Saya tertarik menganalisis sosial politik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pesan dari SBY

26 Juli 2018   13:07 Diperbarui: 26 Juli 2018   13:20 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada strategi cerdik dari pernyataan SBY tadi malam tentang ada hambatan-hambatan dari partai koalisi pendukung Jokowi, atas penjajakan Partai Demokrat bersekutu dengan kubu itu. Padahal, SBY sangat tegaskan, Jokowi sendirilah yang selalu mengajak Demokrat untuk bergabung dalam koalisinya.

Dari statemen itu, saya mencoba menganalisis setidaknya ada beberapa pesan yang hendak disampaikan SBY.

Pertama, SBY ingin menunjukkan bahwa Partai Demokrat adalah partai 'mahal' meski dari perolehan suara, Demokrat masuk kategori partai menengah. Buktinya, bukan Demokrat yang menawarkan diri bergabung, tapi Jokowi lah yang berulang-ulang meminta partai itu berada di belakangnya pada pilpres 2019.

Kedua, secara tidak langsung ada pesan bagi publik, bahwa posisi Jokowi lemah di hadapan partai koalisinya. Buktinya, meski Jokowi sangat menginginkan Demokrat bergabung di kubunya, tetapi ia tak berkutik menghadapi koalisi partai pendukungnya.

Ketiga, bagi kubu Prabowo, ini pesan kuat untuk posisi tawar. Pesannya, Jokowi saja yang secara kalkulasi politik berada di atas Prabowo, selalu meminta Demokrat bergabung. Karenanya, jika bergabung dengan Prabowo pun, Demokrat harus menjadi kekuatan politik yang sangat penting, tentunya termasuk soal posisi cawapres.

Keempat, sepertinya SBY juga ingin menyampaikan pesan kepada DPD-DPD Demokrat yang beberapa waktu lalu berkeinginan mendukung Jokowi, agar jangan 'latah'. Partai secara intens setahun telah menjajaki untuk bersama Jokowi, tetapi realitanya mendapat kendala dari kekuatan politik di sekelliling Jokowi. Jika pun kemudian Demokrat bergabung dengan Prabowo Subianto, lebih kepada harga diri sebagai partai politik.

 Kelima, SBY menyebut hambatan bergabung dengan kubu Jokowi salah satunya dilatarbelakangi oleh hubungannya yang masih belum harmonis dengan Ketua Umum PDIP,  Megawati Soekarnoputri.

Di balik realita itu, terkesan sepertinya publik hendak diingatkan kepada peristiwa 2004 ketika hubungan Megawati dan SBY retak, dan SBY banyak mendapat simpati publik. Dan sepertinya, sikap publik atas peristiwa itu hingga kini tetap memberikan simpati kepada SBY, sehingga ia sangat perlu merawatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun