Mohon tunggu...
Raidil Fitran
Raidil Fitran Mohon Tunggu... -

Guru Ekonomi di SMA Labschool Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Trip Observasi 2015 SMA Labschool Jakarta: Mimpi Sang Camat, Ciater Menjadi Desa Wisata Seperti Bali

15 Oktober 2015   19:00 Diperbarui: 15 Oktober 2015   19:12 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mimpi adalah adalah kunci untuk kita menaklukan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya…

Demikian cuplikan lagu laskar pelangi yang terkenal tersebut. Syair tersebut nampaknya cocok dengan pernyataan Camat Ciater, Bapak Vino Subriadi saat memberikan menyambut dan membekali peserta Trip Observasi (TO) SMA Labschool Jakarta 2015. Bahwa mimpi itu harus dikejar kalau perlu berlari hingga kita bisa meraih dan mewujudkannya. Pesan tersebut nampaknya sederhana namun memberikan inspirasi bagi peserta TO yang nota bene memiliki mimpi yang begitu banyak dan tinggi seperti mimpi Sang Camat.

Lalu apakah mimpi tersebut tinggal mimpi atau menjadi kenyataan….

Saat Pak Camat berniat memberikan materi dihadapan peserta TO, disitulah Pak Camat secara sungguh-sungguh menunjukkan bahwa mimpi tersebut akan dikejar. Pak Camat menjadi marketing bagi daerahnya, peserta TO yang merupakan siswa menjadi sasaran yang potensial. Dalam kesempatan tersebut Pak Camat menyampaikan kepada peserta TO; “tolong sampaikan kepada orang tua, saudara, kenalan dan lainnya bahwa Ciater memiliki banyak potensi wisata yang dapat dikunjugi”.

Kemudian Pak Camat memaparkan materinya yang sudah disiapkan menggunakan powerpoint. Mungkin jarang kita temui, camat atau pejabat daerah memberikan materi untuk memperkenalkan daerahnya disiapkan begitu serius apalagi yang dihadapi “cuma” para siswa sekolah. Bukan investor maupun pejabat pemerintah. Namun justru disinilah kita bisa melihat kesungguhan Beliau dalam memasarkan potensi daerahnya kepada generasi muda yang memang mempunyai potensi pasar. Mengapa demikian? Karena anak-anak muda cenderung menyukai yang namanya traveling. Bukan mustahil dari sekian peserta yang hadir, beberapa dari mereka berniat berkunjung kembali ke Desa ini, dan bukan mustahil pula mereka mengajak orang tua, saudara atau kawan mereka.

Pak Camat kemudian menjelaskan melalui powerpoint tersebut, berbagai karakteristik Kecamatan Ciater. Mulai dari luas daerah sampai dengan potensi wisatanya. Dan ternyata begitu banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan di Kecamatan Ciater ini. Berikut ini potensi wisata tersebut; Sari Ater Hot Spring Resort, Ciater SPA Resort, Desa Wisata Cisaat, Gunung Tangkuban Parahu, Curug Cibareubeuy Desa Cibeusi, Ciater Highland Resort, Gracia Spa, Perkebunan Teh PTPN VIII Ciater, Minum Teh di Kampung Walini PTPN VIII, Kampung Adat Banceuy Desa Sanca. Secara rinci juga Pak Camat menyampaikan terdapat 7 Desa, 166 RT dan 46 RW di Kecamatan yang dipimpinnya. Di akhir materi Pak Camat memutarkan video yang berisi tentang kecamatan Ciater. Harus diakui, ini sungguh serius memaparkan materinya.

Setelah materi Pak Camat, penulis mendekati asisten Beliau untuk sedikit menanyakan rasa penasaran penulis, apa program yang akan dilaksanakan untuk mengejar mimpi tersebut. Kemudian Asisten tersebut menjelaskan bahwa perangkat camat berupaya mengembangkan desa wisata menjadi objek wisata yang layak dikunjungi oleh wisatawan. Beliau menjelaskan terdapat juga adat istiadat yang dapat dilihat oleh wisatawan layaknya di Bali, seperti Adat di Desa Banceu.

Lalu apa benang merahnya antara Mimpi Sang Camat dengan kegiatan Trip Observasi ini?

Peserta TO adalah siswa kelas X yang berusia remaja, yang memerlukan inspirasi dalam proses pencarian jati dirinya. Sekilas informasi, menurut psikologi perkembangan bahwa usia remaja awal yaitu rentang usia 15 – 18 tahun. Nah, siswa SMA merupakan usia remaja awal. Dalam psikologi remaja, isu sentral pada remaja adalah masa berkembangnya identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem “siapa saya?”. Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan.
Banyak sudah mereka mengidolakan tokoh, baik di Indonesia maupun di luar negeri dari berbagai kalangan. Diantara mereka mungkin mengidolakan artis atau tokoh selebritis lainnya. Apakah salah? Tentu tidak, jika mereka mengambil sisi positif dari sang idola. Lain halnya ketika mereka mengikuti idola mereka dengan tindak tanduk yang negatif, seperti narkoba atau lainnya. Tentunya harus diberi peringatan dan tindakan yang menyadarkan mereka.

Tokoh Camat ini sangatlah pantas dihadirkan dihadapkan siswa peserta TO. Sang Camat ini memang bukanlah artis atau selebriti, Beliau adalah seorang manusia yang memiliki mimpi  besar untuk daerahnya. Walau pertemuan dengan Sang Camat ini sangat singkat, namun diharapkan menjadi Trigger dalam proses pencarian jati diri mereka. Melalui Tokoh Sang Camat tersebut, peserta TO diajarkan berani bermimpi untuk terus diraih dan diwujudkan. Melalui Tokoh Sang Camat tersebut, peserta TO diajarkan bagaimana keseriusan dalam menyakinkan orang, untuk mewujudkan sebuah mimpi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun