(Dok: kumpulrejo.desa.id)
Belasan tahun yang lalu, jabatan Ketua RT di lingkungan tempat saya tinggal tidak diminati. Syarat menjadi ketua RT cukup sederhana, yaitu asal mau jadi RT. Itu sebabnya seorang ibu rumah tangga, pekerja pengangkut sampah, bahkan pemuda pengangguran, pernah menjabat Ketua RT.
Proses pemilihan tidak jelas, saya sebagai warga baru tahu ada pergantian Ketua RT pada saat sang Ketua RT yang baru, mendatangi warga untuk menagih iuran. Sepertinya tugas Ketua RT hanya keliling sebulan sekali untuk menagih iuran.
Beberapa tahun kemudian mulai ada perubahan. Proses pemilihan Ketua RT sudah mulai terlihat. Mulai ada selebaran yang ditempel di ujung gang, tembok rumah, dan tiang listrik yang berisi informasi tentang pemilihan Ketua RT.
Saya pun pernah ditawari untuk mencalonkan diri sebagi Ketua RT, tapi saya menolak. Kemudian saya diminta untuk menjadi Ketua Panitia pemilihan Ketua RT. Saya menerima tugas tersebut, kemudian mengedarkan undangan kepada perwakilan warga untuk hadir di Balai Warga.
Tiba waktunya hari pemilihan, warga yang telah berkumpul mengajukan beberapa calon untuk dipilih. Akan tetapi para calon yang diajukan tersebut dengan berbagai alasan menolak untuk dicalonkan. Akhirnya saya sebagai Ketua Panitia Pemilihan mengambil keputusan bahwa Ketua RT petahana dipilih kembali sebagai Ketua RT.
Sejak saat itu, sampai sekarang beliau masih tetap menjabat sebagai Ketua RT dengan kinerja yang cukup baik. Kegiatan beliau bukan hanya keliling mendatangi warga menagih iuran.
Banyak terobosan yang dibuat oleh beliau, antara lain: adanya kader PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) yang berkeliling ke rumah warga secara periodik, membuat WA grup warga (sebagai media informasi dan komunikasi) yang manfaatnya sangat terasa, terutama pada masa pandemi Covid-19 untuk informasi tempat dan jadwal vaksinasi.
Demikianlah kisah saya tentang kepengurusan RT di lingkungan tempat saya tinggal. Semoga bermanfaat bagi yang membaca, terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H