Â
Kondisi pandemik covid 19 sekarang ini masih menghantui masyarakat. Rakyat merasa cemas ketika menghadapi bahkan sedang berada dalam situasi yang dirasakan mengancam atau menakutkan. Bagaimana dengan perasaan para politisi?
Pada awal virus corona diketahui mulai menjangkiti masyarakat di Indonesia, tidak lama kemudian banyak keluhan masyarakat tentang langkanya produk kesehatan seperti masker dan hand sanitizer. Dimana keberadaan para potitisi?
Keluhan masyarakat pun meningkat tentang pelayanan rumah sakit yang menurun bahkan banyak yang mengalami penolakan dari pihak rumah sakit dengan alasan-alasan tertentu. Pasien yang harus antri di ruang IGD, bahkan ada yang terlantar di teras-teras rumah sakit. Harga obat-obatan melambung tinggi dan nyaris tak terkendali, itu pun sulit didapatkan. Apa tindakan para politisi?
Tabung oksigen menjadi kebutuhan pasien, oksigen menjadi langka dan sulit didapatkan. Bunyi sirine ambulance meraung-raung berlalu lalang, membuat suasana semakin mencekam. Angka kematian meningkat, untuk menunggu giliran dimakamkan pun menimbulkan antrian yang panjang. Eh bisa-bissanya ada potitisi malah minta pelayanan istimewa.
Sepertinya mereka (para politisi) tidak punya empati, tidak punya kesadaran bahwa rakyat sedang menderita. Mengapa saya katakan demikian? Bayangkan saja, disaat rakyat banyak yang sudah lapar, bisa-bisanya mereka perang baliho dengan ukuran besar.
Para politisi tersebut menghambur-hamburkan uang dengan membuat baliho berukuran besar yang mahal harganya yang bikin masyarakat muak. Padahal sebaiknya uang itu digunakan untuk membuat kenyang rakyat, misalnya dengan membagi-bagikan paket sembako.
Tidak perlu baliho, rakyat sudah lapar. Tidak perlu baliho, baliho tidak bikin rakyat kenyang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H