Teori Psikologi Klasik
Berdasarkan teori ini, manusia terdiri dari jiwa ( mind ) dan badan ( body ). Jiwa dan badan berbeda satu sama lain. Badan adalah suatu obyek yang memiliki alat dria, sedangkan jiwa adalah suatu realita yang bersifat non material. Yang ada di dalam badan, yang berpikir, merasakan, berkeinginan, mengontrol kegiatan badan, dan bertanggung jawab.
Zat sifatnya terbatas dan bukan suatu keseluruhan realita, melainkan berkenaan dengan proses-proses material, yang terikat pada hukum-hukum mekanis. Jiwa merupakan fakta-fakta tersendiri, seperti: rasa sakit, frustrasi, aspirasi, appresiasi, maksud dan kehendak. Unsur-unsur jiwa tersebut bukan hasil daripada zat, tetapi mempunyai sumber tersendiri dalam realita yang berbeda, yang mempunyai hak tertentu, dan secara relatif bebas dari hukum-hukum mekanis. Realita ini disebut 'Mind substansi'.
Jiwa merupakan suatu substansi, artinya merupakan satu kesatuan tersendiri, beroperasi secara bebas, merupakan jiwa yang hidup, mempunyai kekuatan untuk berinisiatif, dapat menemukan hukum-hukum alam dan menguasainya.
Jiwa bersifat permanen namun tidak terpisah dari zat, bahkan dapat merangsang proses zat itu dan menghasilkan pengalaman-pengalaman baru. Jiwa dapat menyebabkan sistem syaraf memperkaya pengalaman. Ini berarti, pengalaman bergantung pada substansi mind.
Teori Psikologi Daya
Teori ini bertitik tolak dari pandangan, bahwa jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, seperti: daya mengingat, berpikir, merasakan, kemauan, dan sebagainya. Setiap daya memiliki fungsi tertentu. Setiap individu memiliki semua daya itu, yang masing-masing berbeda kekuatannya.
Daya-daya itu perlu dilatih agar berkembang dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Teori ini bersifat formal, karena mengutamakan pembentukan daya-daya.
Hal ini sama dengan daya-daya pada badan. Bila suatu daya telah dilatih, maka daya-daya lainnya secara tak langsung juga terpengaruh, dan orang tersebut dapat melakukan transfer of learning terhadap situasi lainnya. Kurikulum menyediakan sejumlah mata ajaran untuk mengembangkan daya-daya tersebut. Penekanannya bukan pada isi materi yang disajikan, tetapi pada pembentukan daya.Â
Teori Psikologi Assosiasi
Teori ini bertitik tolak dari Psikologi Assosiasi yang dipelopori oleh J. Herbart. Pada dasarnya jiwa manusia terdiri dari kesan-kesan pengamatan atau tanggapan melalui pengindriaan terhadap perangsang diluar dari suatu obyek tertentu.