Mohon tunggu...
Atika Sufi
Atika Sufi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

--

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Self-Diagnosis

29 September 2021   15:12 Diperbarui: 29 September 2021   15:14 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering kali kita mencari tau apakah yg menyebabkan gangguan gangguan Kesehatan apa yg sedang kita alami dan memeperkirakanya daripada mencari tau atau memeriksakan diri ke dokter. peristiwa ini dinamakan self-diagnose. Kebanyakan orang melakukan self-diagnosis pada kesehatan mental mereka.

Self-diagnose adalah mendiagnosis diri sendiri mengidap sebuah gangguan atau penyakit berdasarkan pengetahuan diri sendiri atau informasi yang didapatkan secara mandiri. Hal ini bisa berbahaya, karena asumsi kamu tersebut bisa saja salah. salah diagnosis bisa berbahaya, karena kamu cenderung mengambil pengobatan yang salah. Risiko mengalami kondisi kesehatan yang lebih parah pun bertambah besar bila kamu sembarangan mengonsumsi obat atau menjalani metode pengobatan yang tidak disarankan dokter.

Sebenarnya mencari tahu apa yang sedang kita alami itu tidak masalah tetapi kita harus memeriksakannya lebih lanjut kepada dokter atau para ahli. Dampak self diagnosis dapat berakibat fatal pada Kesehatan mental kita loh. Berikut adalah dampak self diagnosis :

  • Membuat gangguan sebenarnya terabaikan, Dengan self-diagnose yang salah pun dapat menyebabkan indikasi penyakit lain yang sebenarnya dialami menjadi ter-abaikan. indikasi penyakit medis salah diagnose menjadi penyakit mental begitupula sebaliknya.
  • Membuat pikiran semakin cemas atau khawatir, Self-diagnose membuat orang-orang terkadaMembuat pikiran semakin cemas atau khawating memperparah kondisi yang sedang mereka tanggung melebihi kondisi sebenarnya. Karena mental illness dapat pula berkembang akibat seseorang terlalu khawatir dan berlanjut memperparah keadaannya dengan overthinking tersebut. Seseorang yang awalnya tidak mengidap penyakit mental pun dapat mengalaminya apabila terlalu melebih-lebihkan perasaan khawatir.
  • Meragukan dokter/psikiater, kebanyakan masyarakat hanya mengambil tes di web web tertentu yang menyediakan 'jasa diagnosis' yang sekarang ini sedang tren. Penyakit psikologis dapat ditentukan dengan diagnosa oleh dokter dan ahli kesehatan mental. Metodenya dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan, menganalisis, lalu mendiagnosis.
  • Salah diagnosis, Mendiagnosis diri sendiri tentunya merupakan hal yang salah karena kamu bisa salah diagnosa pada kondisi dirimu. Misalnya saja kamu menganggap kalau kamu memiliki stres akut padahal kondisi yang sebenarnya kamu justru mmemiliki anxienty.
  • Salah penanganan, Jika penetapan diagnosisnya tidak tepat, kemungkinan besar penanganannya juga akan keliru. Setelah self diagnosis, seseorang bisa saja membeli obat atau melakukan pengobatan lain yang salah. Padahal, setiap penyakit memiliki penanganan, jenis obat, dan dosis obat yang berbeda-beda.Konsumsi obat yang salah justru dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang baru, memicu efek samping dan interaksi obat, atau bahkan ketergantungan obat. Meski ada beberapa obat yang tidak menimbulkan efek samping apa pun yang berbahaya, jika salah penggunaan obat, keluhan yang kamu rasakan tidak akan membaik dengan obat tersebut.

Apa yang perlu  dilakukan agar diagnosa tidak salah penanganan:

  • Berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Tentu hal ini menjadi pilihan pertama setelah Anda melakukan self diagnosis. Para ahli akan mencari tahu lebih dalam tentang kesehatan mental yang dialami.
  • Berkomunikasi dengan teman sebaya. 
  • Mencari tahu lebih dalam mengenai gejalayang ditemukan. Saat melakukan self diagnosis, coba gali informasi yang lebih banyak jangan hanya membaca satu artikel saja, tetapi cari jurnal-jurnal kesehatan yang bisa mendukung diagnosis 

Nama : Atika Sufi 

NIM    : 202110230311545

daftar pustaka 

https://psikologi.unisba.ac.id/artikel-kegiatan-psycreticle-self-diagnose-nadya-rahma-andjani-putri-10050018245/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun