Penulis: Rizka Adiatmadja
(Penulis Buku & Praktisi Homeschooling)
Beberapa waktu lalu, media sosial dihebohkan dengan kehadiran boneka labubu yang viral hanya karena dipakai oleh Lisa Blackpink di sebuah konser. Tren memiliki boneka labubu cukup serius. Nyaris semua kreator konten memamerkan boneka monster tersebut.
Harganya pun tidaklah murah. Padahal masyarakat sedang ada di tengah gempuran permasalahan ekonomi yang terpuruk. Deflasi yang sudah memasuki bulan keenam pun kita rasakan tidak mudah. Namun, tidak menghentikan tren tersebut. Boneka labubu dijual mulai dari harga ratusan ribu hingga belasan juta. Sangat mengagetkan!
FOMO adalah fenomena yang absurd. Namun, gaya hidup ini sangat ampuh membius banyak masyarakat, khususnya generasi milenial dan Gen Z. Mengapa gaya hidup FOMO ini terus menggejala?
Pengertian FOMO
Fear of Missing Out (FOMO) sangat berpengaruh terhadap psikologis seseorang. Kehadirannya kian marak di kondisi yang serba modern ini. Kekhawatiran melewatkan momen, pengalaman, atau kegiatan yang sedang berlangsung atau viral di lingkungannya.
FOMO telah menjadi gaya hidup masa kini karena melahirkan dampak besar interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Gaya hidup satu ini berkaitan erat dengan pemanfaatan teknologi finansial di kalangan generasi muda, milenial, dan Gen Z yang terus meningkat.
Dikutip dari kompas.com -- Berdasarkan laporan lokadata.id, sekitar 78% generasi milenial dan Gen Z telah menggunakan aplikasi fintech setiap harinya, termasuk dompet digital, layanan pinjaman, dan pembayaran digital. Tingginya adopsi tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi generasi muda karena tidak dibarengi dengan literasi keuangan yang baik.
Dari data  OJK terungkap bahwa penyumbang utama kemacetan kredit pinjol adalah milenial dan Gen Z. Gaya hidup FOMO menjadi penyebab maraknya pinjaman online pada kedua generasi ini. Â
Akar Munculnya Gaya Hidup FOMO